Penelitian Etnografi: Pengertian, Prinsip-Prinsip, Prosedur, Analisi, Intepretasi, Dan Pelaporan Temuan
HANAFI PELU
1.
Pengertian
Penelitian Etnografi
Penelitian
etnografi merupaka sebuah metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
memahami secara mendalam tentang kehidupan, budaya, perilaku, bahasa, dan
kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu melalui observasi langsung dan
partisipatif di lapangan. Pendekatan ini menekankan pada pengumpulan data
secara menyeluruh dan berkelanjutan, sehingga peneliti dapat memperoleh
gambaran yang otentik dan menyeluruh tentang pola interaksi sosial, norma,
serta nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut. Dengan melakukan studi
lapangan secara intensif, penelitian etnografi memungkinkan peneliti untuk
memahami konteks sosial secara kontekstual, serta menghasilkan interpretasi
yang kaya dan mendalam tentang kehidupan masyarakat tertentu yang diteliti.
Bronisław
Malinowski, seorang antropolog asal Polandia yang belajar di Inggris
(1884-1942), dikenal sebagai pelopor metodologi penelitian etnografi modern
yang hingga kini masih menjadi landasan dalam ilmu antropologi. Menurut
Malinowski, penelitian etnografi merupakan metode penelitian lapangan
(fieldwork) yang mengharuskan peneliti untuk melakukan pengamatan dan interaksi
langsung dengan masyarakat yang diteliti dalam waktu yang relatif lama. Konsep
ini ia kembangkan ketika melakukan penelitian mendalam selama lebih dari empat
tahun di Papua pada masa Perang Dunia I, yang kemudian menghasilkan karya
monumentalnya "Argonauts of the Western Pacific" (1922).
Malinowski
memperkenalkan metode observasi partisipatori (participant observation) sebagai
inti dari penelitian etnografi, di mana peneliti tidak hanya mengamati dari
luar tetapi juga harus tinggal dan hidup bersama dengan masyarakat yang
diteliti. Dalam pendekatan ini, etnograf harus menjalin hubungan timbal balik
yang tidak berjarak dengan subjek penelitian, sehingga dapat memahami secara
mendalam praktik kehidupan sosial, budaya, dan makna di balik perilaku
interaksi sosial masyarakat tersebut. Metode ini menuntut peneliti untuk
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti, bukan
sekadar pengamat eksternal yang terpisah dari objek studinya.
Konsep
etnografi Malinowski menekankan pentingnya pemahaman holistik terhadap
kebudayaan suatu masyarakat melalui penelitian lapangan yang intensif dan
mendalam. Ia berpandangan bahwa etnografi harus mampu mengungkap sistem aturan
dan simbol kompleks yang membentuk perilaku manusia sebagai anggota suatu
masyarakat, serta menangkap esensi kehidupan budaya dari perspektif orang dalam
(emic perspective). Pendekatan ini kemudian menjadi dasar metodologi
antropologi modern dan mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu sosial lainnya,
karena memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk memahami kompleksitas
kebudayaan manusia melalui pengalaman langsung dan partisipasi aktif dalam
kehidupan masyarakat yang diteliti,
Penelitian
etnografi merupakan salah satu metode kualitatif tertua dalam riset sosial yang
berfokus pada studi mendalam tentang cara hidup, kebudayaan, dan kehidupan
sosial suatu masyarakat atau kelompok etnik tertentu. Etnografi merupakan salah
satu metode kualitatif yang tertua dari riset sosial. Metode ini sangat tepat
untuk meneliti masalah budaya, dan biasanya selalu terpilih sebagai metode
penelitian bidang sosial khususnya antrpologi. Jurnal Keperawatan Indonesia
Penelitian ini melibatkan kajian komprehensif terhadap berbagai aspek kehidupan
masyarakat seperti adat istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa
yang menjadi karakteristik khas dari suatu komunitas,
Metode
etnografi menggunakan pendekatan naturalistik melalui pengamatan partisipan, di
mana peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang
diteliti untuk memahami perspektif dan makna budaya dari sudut pandang insider.
Penelitian etnografi mengandalkan teknik pengumpulan data melalui observasi
partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen dalam periode waktu yang
relatif lama. Peneliti etnografi menjadi bagian dari komunitas yang diteliti
untuk dapat memahami secara holistik dan mendalam tentang sistem nilai, norma,
dan praktik budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut,
Dalam
konteks penelitian Indonesia, etnografi telah berkembang menjadi metode yang
tidak hanya digunakan dalam bidang antropologi, tetapi juga diterapkan dalam
berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, pendidikan, kesehatan, dan
komunikasi. Penelitian naratif dan etnografi merupakan jenis penelitian yang
berfokus pada validitas data kualitatif yang berupa kata-kata yang bersumber
dari baik kepustakaan maupun studi lapangan untuk selanjutnya diurai lebih jauh
sehingga menghasilkan sebuah temuan berdasarkan fakta dan realitas. Keunggulan
metode etnografi terletak pada kemampuannya menghasilkan deskripsi yang kaya
dan mendalam tentang fenomena budaya, serta memberikan pemahaman kontekstual
yang komprehensif tentang kehidupan masyarakat yang diteliti,
Penelitian
etnografi dalam konteks pendidikan agama merupakan metode penelitian kualitatif
yang mengkaji secara mendalam praktik-praktik pendidikan keagamaan dalam
setting alamiah dan konteks budaya tertentu. Dalam penelitian pendidikan agama
Islam, etnografi digunakan untuk memahami bagaimana nilai-nilai, tradisi, dan
praktik keagamaan ditransmisikan, dipelajari, dan dipraktikkan dalam komunitas
pendidikan seperti pesantren, madrasah, atau lembaga pendidikan Islam lainnya.
Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengamati secara langsung proses
pembelajaran agama, interaksi sosial antar anggota komunitas pendidikan, serta
memahami makna dan simbolisme yang terkandung dalam praktik pendidikan
keagamaan tersebut dari perspektif pelaku (emic perspective).
Karakteristik
utama penelitian etnografi dalam pendidikan agama adalah keterlibatan peneliti
secara langsung dan intensif dalam kehidupan sehari-hari komunitas pendidikan
yang diteliti. Peneliti harus tinggal dan berinteraksi dengan subjek penelitian
dalam waktu yang relatif lama untuk dapat memahami dinamika pendidikan agama
secara holistik. Dalam konteks ini, penelitian etnografi tidak hanya mengkaji
aspek formal pembelajaran agama seperti kurikulum dan metode pengajaran, tetapi
juga mengeksplorasi aspek informal seperti budaya sekolah/pesantren, ritual
keagamaan, hubungan guru-murid, dan proses sosialisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan sehari-hari. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi
partisipatori, wawancara mendalam, dan analisis dokumen, kemudian dianalisis
secara kontekstual sesuai dengan situasi lapangan,
Penelitian
etnografi dalam pendidikan agama memiliki relevansi tinggi untuk memahami
kompleksitas proses pendidikan keagamaan di Indonesia yang sangat beragam.
Melalui pendekatan ini, peneliti dapat mengungkap bagaimana pendidikan agama
berperan dalam pembentukan karakter, identitas keagamaan, dan konstruksi sosial
dalam masyarakat. Etnografi pendidikan agama juga membantu dalam memahami
tantangan dan peluang pengembangan pendidikan keagamaan di era modern, termasuk
bagaimana tradisi dan modernitas berinteraksi dalam proses pembelajaran agama.
Hasil penelitian etnografi dapat memberikan kontribusi penting bagi
pengembangan teori pendidikan agama yang lebih kontekstual dan sesuai dengan
realitas sosial-budaya masyarakat Indonesia,
Penelitian
etnografi merupakan metode penelitian kualitatif yang mendalam dan komprehensif
dalam memahami kehidupan, budaya, perilaku, serta kebiasaan suatu kelompok
masyarakat melalui observasi langsung dan partisipatif di lapangan. Metode ini
menekankan keterlibatan aktif peneliti dalam kehidupan sehari-hari komunitas
yang diteliti, sehingga mampu menghasilkan gambaran otentik dan kontekstual
mengenai norma, nilai, dan pola interaksi sosial yang berlaku. Dikenal sebagai
pendekatan yang holistik dan naturalistik, etnografi memungkinkan peneliti
mengungkap simbol-simbol dan sistem aturan yang kompleks dari sudut pandang
masyarakat internal, sebagaimana dikembangkan oleh Bronisław Malinowski,
pelopor metodologi ini. Dalam berbagai bidang ilmu, termasuk pendidikan agama
di Indonesia, etnografi terbukti sangat efektif dalam mengeksplorasi praktik,
tradisi, dan dinamika sosial yang tidak hanya bersifat formal tetapi juga aspek
informal yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan identitas
keagamaan. Dengan demikian, penelitian etnografi tidak hanya memberikan
pemahaman mendalam tentang kehidupan budaya suatu komunitas, tetapi juga
berkontribusi terhadap pengembangan teori dan praktik yang relevan serta
kontekstual, sesuai dengan realitas sosial masyarakat yang kompleks dan
beragam.
2.
Prinsip-Prinsip
Penelitian Etnografi
Prinsip-prinsip
penelitian etnografi merupakan dasar yang harus dipegang teguh untuk memastikan
keabsahan dan keberhasilan proses penelitian. Salah satu prinsip utama adalah
keterlibatan langsung dan partisipatif peneliti dalam kehidupan masyarakat yang
diteliti, sehingga peneliti dapat memahami secara mendalam konteks sosial dan
budaya dari sudut pandang masyarakat sendiri (emik perspective). Selain itu,
prinsip naturalistik menegaskan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkungan
alami tanpa mengubah atau memanipulasi setting sosial yang sedang dipelajari,
sehingga data yang diperoleh bersifat otentik dan mencerminkan kenyataan
sebenarnya. Prinsip lain adalah keberlanjutan dan ketekunan, yang menuntut
peneliti melakukan pengamatan dan interaksi secara jangka panjang agar
memperoleh pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. Di samping itu, prinsip
refleksivitas menuntut peneliti untuk selalu kritis terhadap bias dan pengaruh
pribadinya selama proses penelitian. Terakhir, prinsip holistik mendorong
peneliti untuk memandang masyarakat sebagai sistem yang utuh, dengan
memperhatikan berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan keagamaan
yang saling terkait, guna mendapatkan gambaran yang lengkap dan kaya tentang
komunitas yang diteliti.
Prinsip-prinsip
penelitian etnografi mencakup beberapa aspek kunci yang membantu peneliti
memahami dan menggambarkan kehidupan sosial suatu kelompok. Pertama, observasi
partisipatif menjadi landasan, di mana peneliti terlibat langsung dalam
aktivitas sehari-hari subjek untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam.
Kedua, pendekatan holistik menekankan pentingnya melihat konteks sosial,
budaya, dan sejarah dalam analisis data. Ketiga, penelitian ini bersifat
induktif, artinya peneliti membangun teori berdasarkan data yang diperoleh,
bukan sebaliknya. Selain itu, etnografi menekankan refleksivitas, di mana
peneliti menyadari pengaruh diri mereka terhadap penelitian. Terakhir, etika
memainkan peran penting, dengan peneliti diharapkan menghormati privasi dan hak
subjek yang diteliti.
Penelitian
etnografi merupakan pendekatan kualitatif yang berfokus pada pemahaman mendalam
terhadap kehidupan sosial dan budaya suatu kelompok masyarakat. Salah satu
prinsip utama dalam penelitian etnografi adalah partisipasi dan observasi
langsung, di mana peneliti terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat
yang diteliti. Hal ini memungkinkan peneliti mengamati perilaku, nilai, dan
interaksi sosial secara kontekstual serta menangkap makna yang tersembunyi di
balik tindakan-tindakan sosial tersebut.
Prinsip
kedua adalah refleksivitas, yaitu kesadaran peneliti terhadap posisi, nilai,
dan bias pribadi yang dapat memengaruhi proses dan hasil penelitian. Dalam
praktiknya, etnografer harus terbuka terhadap dinamika sosial yang terjadi di
lapangan dan bersikap kritis terhadap pengaruh dirinya sendiri terhadap data.
Selain itu, prinsip deskripsi tebal (thick description) menjadi dasar dalam
pelaporan hasil penelitian, di mana peneliti tidak hanya menggambarkan perilaku
atau peristiwa, tetapi juga menjelaskan makna dan konteks sosial-budaya dari
fenomena yang diamati,
Sedangkan
Prinsip lain dari Penelitian Etnografi adalah memiliki kesabaran dan
keterlibatan jangka panjang. Penelitian etnografi menuntut waktu yang cukup
lama agar peneliti dapat memahami kehidupan masyarakat dari sudut pandang orang
dalam (emic perspective). Kepercayaan dari partisipan juga perlu dibangun
secara bertahap agar data yang diperoleh lebih autentik. Prinsip-prinsip ini
menjadikan etnografi sebagai metode yang sangat kuat dalam menjelaskan
kompleksitas realitas sosial secara mendalam.
Masyarakat
dengan segala kebudayaannya memiliki akar sosiologis yang cukup mengakar kuat.
Kebudayaan yang dihasilkan dari interaksi sosial menjadikan nilai distingsi
tersendiri dalam masyarakat tersebut. Cikal bakal kebudayaan merupakan aspek
penting dalam kerangka sosial kemasyarakatan. Penelitian akan aspek kebudayaan
ini menggunakan studi etnografi. Dalam implementasinya etnografi menekankan
pada aspek kebudayaan yang ada. Hal inilah menjadi ciri penting dari studi
etnografi. Sebagai penelitian kualitatif etnografi melakukan analisa secara
mendalam terhadap kebudayaan yang diteliti. Disisi lain, terdapat keterkaitan
yang cukup erat antara etnografi dengan masyarakat dan kebudayaan sebagai hasil
kreatifitasnya. Oleh sebab itu, keterkaitan tersebut perlu diaplikasikan secara
positif, di mana perlunya menggunakan studi etnografi sebagai bentuk alternatif
dalam melaksanakan penelitian tentang kebudayaan di masyarakat,
Prinsip-prinsip
penelitian etnografi merupakan fondasi yang sangat penting untuk memastikan
keabsahan dan keberhasilan penelitian. Keterlibatan langsung peneliti dalam
kehidupan masyarakat yang diteliti memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam
dari sudut pandang emik, sedangkan pendekatan naturalistik menjamin keotentikan
data dengan mempertahankan konteks sosial yang alami. Keberlanjutan dan
ketekunan dalam pengamatan jangka panjang memperkaya pemahaman tentang dinamika
sosial, sementara refleksivitas membantu peneliti untuk mengakui dan mengatasi
bias pribadi. Terakhir, pendekatan holistik mengajak peneliti untuk
mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan yang saling terkait, sehingga
menghasilkan gambaran komprehensif tentang komunitas yang diteliti. Dengan
memegang teguh prinsip-prinsip ini, etnografi dapat memberikan wawasan yang
kaya dan mendalam tentang kompleksitas kehidupan sosial dan budaya.
3.
Prosedur
Penelitian Etnografi
Prosedur
penelitian etnografi secara umum meliputi beberapa tahapan utama yang dimulai
dari perencanaan, pengumpulan data, hingga analisis dan pelaporan hasil. Pada
tahap awal, peneliti menentukan tujuan dan wilayah studi, serta membangun
hubungan dengan komunitas yang akan diteliti, termasuk memperoleh izin dan kepercayaan
dari masyarakat setempat. Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan langsung
dan partisipatif di lapangan, mengumpulkan data melalui teknik seperti
wawancara mendalam, observasi partisipan, serta studi dokumen dan artefak
budaya. Selama proses pengumpulan data, peneliti harus bersikap fleksibel dan
sensitif terhadap dinamika sosial yang berlangsung. Setelah data terkumpul,
tahap berikutnya adalah proses analisis yang bersifat induktif, di mana
peneliti mencari pola, makna, dan hubungan antaras aspek kehidupan masyarakat.
Terakhir, peneliti menyusun laporan penelitian yang memuat temuan mendalam dan
interpretasi kontekstual, serta merefleksikan proses dan pengalaman selama
penelitian berlangsung. Dengan mengikuti prosedur ini secara sistematis, penelitian
etnografi mampu menghasilkan gambaran yang otentik dan komprehensif tentang
kehidupan masyarakat yang diteliti.
Penelitian
etnografi mengikuti prosedur sistematis yang bertujuan memahami makna sosial
dan budaya dari suatu kelompok masyarakat secara mendalam. Prosedur dimulai
dengan pemilihan lokasi dan subjek penelitian, yang biasanya bersifat khas atau
unik secara sosial-budaya. Setelah itu, peneliti melakukan observasi
partisipatif, yaitu terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
yang diteliti sambil mencatat perilaku, percakapan, dan simbol-simbol budaya
yang muncul. Selama proses ini, peneliti juga menggunakan teknik wawancara
mendalam, pengambilan catatan lapangan, serta dokumentasi untuk melengkapi
data.,
Prosedur
etnografi adalah analisis data secara induktif dan iteratif, yang berarti
peneliti mengolah dan menafsirkan data seiring waktu sambil terus kembali ke
lapangan untuk memperkuat temuan. Data dianalisis melalui proses kategorisasi,
penemuan pola, dan penafsiran makna sosial budaya dari perspektif "orang
dalam" (emic). Proses ini diakhiri dengan penyusunan laporan berupa
deskripsi tebal (thick description) yang tidak hanya menggambarkan apa yang
terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa dan bagaimana fenomena sosial tersebut
bermakna bagi masyarakat yang diteliti,
Tahap
I: Persiapan dan Perencanaan Penelitian
a.
Identifikasi
Masalah Penelitian
1)
Merumuskan
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan fenomena budaya
2)
Menentukan
fokus kajian etnografi (komunitas, kelompok, atau praktik budaya tertentu)
3)
Melakukan
studi literatur untuk memahami konteks teoretis dan historis
b.
Pemilihan
Lokasi dan Subjek Penelitian
1)
Menentukan
setting atau lokasi penelitian yang relevan dengan fokus kajian
2)
Mengidentifikasi
karakteristik komunitas atau kelompok yang akan diteliti
3)
Melakukan
penjajakan awal untuk memastikan aksesibilitas lokasi penelitian
c.
Persiapan
Teknis
1)
Menyiapkan
instrumen penelitian (pedoman observasi, wawancara, dokumentasi)
2)
Mempersiapkan
peralatan pendukung (alat perekam, kamera, jurnal lapangan)
3)
Mengurus
perizinan penelitian dan ethical clearance jika diperlukan
Tahap
II: Entry Point dan Adaptasi Lapangan
a.
Negosiasi
Akses
1)
Menghubungi
gatekeeper atau tokoh kunci dalam komunitas
2)
Membangun
hubungan awal dengan anggota komunitas
3)
Menjelaskan
tujuan penelitian dengan cara yang dapat dipahami masyarakat
b.
Proses
Adaptasi
1)
Melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan dan budaya setempat
2)
Membangun
rapport dan kepercayaan dengan subjek penelitian
3)
Menentukan
peran peneliti dalam komunitas (observer vs participant-observer)
c.
Orientasi
Lapangan
1)
Mempelajari
tata cara, norma, dan aturan yang berlaku dalam komunitas
2)
Mengidentifikasi
informan kunci yang dapat membantu proses penelitian
3)
Memahami
struktur sosial dan hierarki dalam komunitas
Tahap
III: Pengumpulan Data Lapangan
a.
Observasi
Partisipan
1)
Melakukan
pengamatan langsung terhadap aktivitas sehari-hari komunitas
2)
Berpartisipasi
dalam kegiatan komunitas sesuai dengan peran yang diterima
3)
Mencatat
secara detail tentang perilaku, interaksi, dan praktik budaya
b.
Wawancara
Mendalam
1)
Melakukan
wawancara tidak terstruktur dan semi-terstruktur dengan informan
2)
Menggunakan
teknik life history untuk memahami perspektif individual
3)
Menggali
makna dan interpretasi subjek terhadap praktik budaya mereka
c.
Dokumentasi
1)
Mengumpulkan
dokumen, artefak, dan benda-benda budaya yang relevan
2)
Mengambil
foto dan video untuk mendukung deskripsi etnografi
3)
Merekam
percakapan dan aktivitas (dengan persetujuan subjek)
d.
Pencatatan
Lapangan
1)
Membuat
catatan lapangan (field notes) secara rutin dan sistematis
2)
Menulis
refleksi harian tentang pengalaman dan temuan di lapangan
3)
Melakukan
coding awal terhadap data yang terkumpul
Tahap
IV: Analisis Data dan Interpretasi
a.
Analisis
Deskriptif
1)
Mengorganisir
dan mengkategorikan data berdasarkan tema dan pola
2)
Mengidentifikasi
kategori-kategori budaya yang muncul dari data
3)
Mengembangkan
taksonomi atau klasifikasi fenomena budaya
b.
Analisis
Interpretatif
1)
Menginterpretasi
makna budaya dari perspektif emic (sudut pandang insider)
2)
Menghubungkan
temuan dengan kerangka teoretis yang relevan
3)
Mengidentifikasi
pola-pola hubungan antar elemen budaya
c.
Triangulasi
Data
1)
Melakukan
cross-check data dari berbagai sumber dan metode
2)
Memverifikasi
temuan dengan informan kunci
3)
Menguji
validitas interpretasi melalui member checking
Tahap
V: Penulisan dan Pelaporan
a.
Penyusunan
Etnografi
1)
Menulis
deskripsi yang kaya (thick description) tentang budaya yang diteliti
2)
Mengintegrasikan
data observasi, wawancara, dan dokumentasi
3)
Menggunakan
gaya penulisan naratif yang menggambarkan kompleksitas budaya
b.
Refleksi
Metodologis
1)
Mengevaluasi
proses penelitian dan keterbatasan yang dihadapi
2)
Merefleksikan
posisi peneliti dan pengaruhnya terhadap temuan
3)
Mendiskusikan
implikasi etis dari penelitian yang dilakukan
c.
Finalisasi
Laporan
1)
Melakukan
review dan revisi berdasarkan masukan pembimbing atau peer
2)
Memastikan
kerahasiaan dan anonimitas subjek penelitian
3)
Menyusun
laporan final dengan format akademik yang sesuai
Prinsip-Prinsip
Penting dalam Setiap Tahap
a)
Etika
Penelitian
1)
Menghormati
nilai dan norma budaya komunitas yang diteliti
2)
Memastikan
informed consent dari seluruh subjek penelitian
3)
Menjaga
kerahasiaan dan privasi informan
b)
Fleksibilitas
1)
Siap
mengadaptasi rencana penelitian berdasarkan kondisi lapangan
2)
Terbuka
terhadap temuan yang tidak terduga atau berbeda dari hipotesis awal
3)
Menyesuaikan
metode pengumpulan data sesuai dengan konteks budaya
c)
Refleksivitas
1)
Melakukan
self-reflection secara kontinyu tentang posisi dan bias peneliti
2)
Menyadari
pengaruh kehadiran peneliti terhadap komunitas yang diteliti
3)
Mengakui
subjektivitas dalam proses interpretasi data
d)
Durasi
Penelitian
1)
Mengalokasikan
waktu yang cukup untuk memahami kompleksitas budaya
2)
Mempertimbangkan
siklus kegiatan budaya (ritual, musim, perayaan)
3)
Menyesuaikan
durasi dengan kedalaman pemahaman yang ingin dicapai
4.
Analisis
Penelitian Etnografi
Berikut
adalah langkah-langkah umum dalam menganalisis data etnografi:
a.
Transkripsi
dan Organisasi Data
Setelah
proses observasi dan wawancara, data yang berupa catatan lapangan, transkrip
wawancara, dan dokumentasi perlu ditranskrip dan disusun secara sistematis.
Peneliti mengelompokkan data berdasarkan tema, peristiwa, atau interaksi sosial
yang relevan.
b.
Open
Coding (Pemberian Kode Awal)
Peneliti
membaca ulang seluruh data secara menyeluruh, lalu memberikan kode terbuka pada
potongan data yang bermakna, misalnya interaksi antaranggota komunitas, nilai
budaya, atau praktik sosial yang khas.
c.
Kategori
dan Tema
Kode-kode
yang serupa atau berkaitan dikelompokkan menjadi kategori, yang kemudian
dirumuskan menjadi tema-tema utama yang menggambarkan struktur budaya atau pola
perilaku yang ditemukan.
d.
Interpretasi
Emik dan Etik
1)
Peneliti
melakukan interpretasi data dari dua sudut:
2)
Emik:
berdasarkan perspektif orang dalam atau partisipan.
3)
Etik:
berdasarkan sudut pandang peneliti atau teori yang digunakan.
e.
Deskripsi
Tebal (Thick Description)
Peneliti
menyusun narasi deskriptif yang kaya makna dan kontekstual, tidak hanya
menjelaskan apa yang terjadi, tetapi juga mengapa dan bagaimana peristiwa atau
tindakan itu bermakna secara sosial dan budaya bagi komunitas tersebut.
f.
Validasi
Data (Triangulasi)
Untuk
menjamin keabsahan temuan, peneliti melakukan triangulasi sumber, teknik, dan
waktu, serta melibatkan partisipan dalam pengecekan data (member check) agar
hasil analisis akurat dan sesuai dengan realitas di lapangan.
5.
Intepretasi
Penelitian Etnografi
M
Interpretasi
dalam penelitian etnografi bertujuan untuk mengungkap makna mendalam dari
perilaku, nilai, dan praktik budaya suatu kelompok berdasarkan data lapangan
yang telah dikumpulkan. Tidak hanya menyajikan fakta, interpretasi menekankan
pemahaman terhadap dunia sosial dari sudut pandang partisipan (emic), sekaligus
mempertimbangkan kerangka teoritis peneliti (etik). Berikut langkah-langkah
dalam melakukan interpretasi:
a.
Memahami
Konteks Budaya
Interpretasi
dimulai dengan membaca ulang data lapangan secara menyeluruh sambil
memperhatikan konteks sosial, budaya, dan lingkungan tempat masyarakat hidup.
Peneliti harus memahami latar belakang sejarah, struktur sosial, nilai-nilai,
serta simbol-simbol budaya yang menjadi bagian dari kehidupan komunitas
tersebut.
b.
Menggunakan
Perspektif Emik dan Etik
Dalam
etnografi, peneliti menggabungkan dua pendekatan:
1)
Emik:
memaknai perilaku dan keyakinan sebagaimana dipahami oleh orang dalam
komunitas.
2)
Etik:
menafsirkan data menggunakan konsep atau teori dari luar komunitas, untuk
membangun pemahaman yang lebih luas dan ilmiah.
c.
Menjelaskan
Makna Simbolik dan Sosial
Interpretasi
etnografi juga melibatkan penafsiran terhadap makna simbolik dari tindakan,
ritual, bahasa, atau objek dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, bagaimana
upacara adat mencerminkan sistem kepercayaan, atau bagaimana interaksi sosial
mencerminkan struktur kekuasaan dalam kelompok.
d.
Membangun
Narasi yang Reflektif
Hasil
interpretasi dituangkan dalam bentuk narasi etnografis yang disebut
"deskripsi tebal" (thick description). Narasi ini tidak hanya
menggambarkan apa yang dilakukan, tetapi juga menjelaskan mengapa dan bagaimana
hal tersebut bermakna bagi anggota kelompok tersebut. Interpretasi juga harus
mencerminkan refleksi kritis peneliti terhadap posisi dan pengaruhnya dalam
proses penelitian.
6.
Pelaporan
Temuan Penelitian Etnografi
Pelaporan
temuan dalam penelitian etnografi harus disusun secara naratif, deskriptif, dan
kontekstual. Tujuannya adalah untuk menyampaikan makna budaya, perilaku sosial,
dan praktik kehidupan masyarakat yang diteliti, berdasarkan hasil observasi
partisipatif dan wawancara mendalam. Ciri utama pelaporan etnografi adalah
"deskripsi tebal" (thick description), yaitu penjabaran mendalam yang
tidak hanya memaparkan fakta, tetapi juga menjelaskan konteks, simbol, serta
nilai-nilai di balik peristiwa sosial.
a.
Pendahuluan
Kontekstual
Mulailah
dengan memperkenalkan latar belakang lokasi dan komunitas yang diteliti,
termasuk sejarah singkat, struktur sosial, nilai-nilai budaya, dan alasan
pemilihan lokasi. Hal ini membantu pembaca memahami konteks penelitian.
b.
Penyajian
Naratif Temuan
Temuan
lapangan disajikan dalam bentuk narasi tematik, yaitu berdasarkan kategori atau
tema-tema utama yang muncul dari analisis data. Setiap tema dapat menggambarkan
pola interaksi sosial, praktik budaya, nilai-nilai, dan makna simbolik yang
ditemukan selama penelitian. Peneliti dapat menyertakan kutipan langsung dari
partisipan untuk menguatkan validitas deskripsi.
c.
Analisis
dan Interpretasi Terintegrasi
Temuan
tidak hanya dideskripsikan, tetapi juga diinterpretasikan secara emik dan etik.
Artinya, peneliti menjelaskan bagaimana makna tersebut dipahami oleh masyarakat
(emic), sekaligus menafsirkannya dengan teori atau kerangka ilmiah dari
peneliti (etic). Ini menciptakan pelaporan yang reflektif dan mendalam.
d.
Penyajian
Visual dan Dokumentasi
Gunakan
dokumentasi lapangan seperti foto, sketsa, atau peta sosial untuk memperkuat
pemahaman pembaca terhadap situasi lapangan. Visual ini membantu menghidupkan
narasi dan mendekatkan pembaca pada realitas komunitas yang diteliti.
e.
Penarikan
Kesimpulan Kontekstual
Akhiri
dengan kesimpulan yang tidak bersifat generalisasi, tetapi menjelaskan makna
temuan secara kontekstual sesuai karakteristik masyarakat yang diteliti.
Kesimpulan juga dapat memuat implikasi sosial, budaya, atau kebijakan yang
relevan.
Daftar
Pustaka
Damayanti,
V. S. (2019). Meneliti Budaya melalui Etnografi: Sebuah Refleksi Kritis
Metodologi. Jurnal Sosioteknologi, 18(1), 50–58.
Fatimah, Siti.
(2015). Metode Etnografi dan Manfaatnya dalam Mencari Solusi Berbagai
Permasalahan Sosial-Budaya. Jurnal Antropologi Pendidikan, 3(1),
12-25.
Haryanto, S.
(2020). Implementasi Prosedur Penelitian Etnografi dalam Studi Pendidikan
Multikultural. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 25(2), 123–132.
Kamarusdiana.
(2018). Studi Etnografi dalam Kerangka Masyarakat dan Budaya. Salam:
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 5(2), 113-128.
Kamarusdiana.
(2019). Studi Etnografi dalam Kerangka Masyarakat dan Budaya (Community and
Cultural Framework in Ethnographic Studies). SALAM; Jurnal Sosial &
Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 6 No. 2, 113-128.
Rohidi, T. R.
(2017). Metodologi Penelitian Etnografi dalam Kajian Budaya. Jurnal Ilmiah
Sosiologi, 15(1), 45–56.
Setyowati.
(2006). Etnografi Sebagai Metode Pilihan dalam penelitian Kualitatif di
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 10, No.1, Maret,
35-40.
Siddiq, M.
(2018). Etnografi Sebagai Teori Dan Metode. Kordinat: Jurnal Komunikasi
antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 20(1), 23-48.
Subagyo, P. J.
(2018). Etnografi sebagai Metode Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial dan
Pendidikan. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 13(2), 67–76.
Sunaryanto, M.
(2021). Etnografi dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Desainnya. Jurnal
Penelitian Kualitatif, 5(2), 45-62.
Yusuf, M.
(2020). Pengoperasian Penelitian Naratif dan Etnografi; Pengertian,
Prinsip-Prinsip, Prosedur, Analisis, Intepretasi dan Pelaporan Temuan. As-Shaff:
Jurnal Manajemen dan Dakwah, 2(1), 45-62.
No comments:
Post a Comment