Wednesday, June 4, 2025

Penelitian Etnografi

Penelitian Etnografi: Pengertian, Prinsip-Prinsip, Prosedur, Analisi, Intepretasi, Dan Pelaporan Temuan

HANAFI PELU

 

1.      Pengertian Penelitian Etnografi

Penelitian etnografi merupaka sebuah metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang kehidupan, budaya, perilaku, bahasa, dan kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu melalui observasi langsung dan partisipatif di lapangan. Pendekatan ini menekankan pada pengumpulan data secara menyeluruh dan berkelanjutan, sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran yang otentik dan menyeluruh tentang pola interaksi sosial, norma, serta nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut. Dengan melakukan studi lapangan secara intensif, penelitian etnografi memungkinkan peneliti untuk memahami konteks sosial secara kontekstual, serta menghasilkan interpretasi yang kaya dan mendalam tentang kehidupan masyarakat tertentu yang diteliti.

Bronisław Malinowski, seorang antropolog asal Polandia yang belajar di Inggris (1884-1942), dikenal sebagai pelopor metodologi penelitian etnografi modern yang hingga kini masih menjadi landasan dalam ilmu antropologi. Menurut Malinowski, penelitian etnografi merupakan metode penelitian lapangan (fieldwork) yang mengharuskan peneliti untuk melakukan pengamatan dan interaksi langsung dengan masyarakat yang diteliti dalam waktu yang relatif lama. Konsep ini ia kembangkan ketika melakukan penelitian mendalam selama lebih dari empat tahun di Papua pada masa Perang Dunia I, yang kemudian menghasilkan karya monumentalnya "Argonauts of the Western Pacific" (1922).

Malinowski memperkenalkan metode observasi partisipatori (participant observation) sebagai inti dari penelitian etnografi, di mana peneliti tidak hanya mengamati dari luar tetapi juga harus tinggal dan hidup bersama dengan masyarakat yang diteliti. Dalam pendekatan ini, etnograf harus menjalin hubungan timbal balik yang tidak berjarak dengan subjek penelitian, sehingga dapat memahami secara mendalam praktik kehidupan sosial, budaya, dan makna di balik perilaku interaksi sosial masyarakat tersebut. Metode ini menuntut peneliti untuk menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti, bukan sekadar pengamat eksternal yang terpisah dari objek studinya.

Konsep etnografi Malinowski menekankan pentingnya pemahaman holistik terhadap kebudayaan suatu masyarakat melalui penelitian lapangan yang intensif dan mendalam. Ia berpandangan bahwa etnografi harus mampu mengungkap sistem aturan dan simbol kompleks yang membentuk perilaku manusia sebagai anggota suatu masyarakat, serta menangkap esensi kehidupan budaya dari perspektif orang dalam (emic perspective). Pendekatan ini kemudian menjadi dasar metodologi antropologi modern dan mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu sosial lainnya, karena memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk memahami kompleksitas kebudayaan manusia melalui pengalaman langsung dan partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat yang diteliti, (Fatimah, Siti, 2015).

Penelitian etnografi merupakan salah satu metode kualitatif tertua dalam riset sosial yang berfokus pada studi mendalam tentang cara hidup, kebudayaan, dan kehidupan sosial suatu masyarakat atau kelompok etnik tertentu. Etnografi merupakan salah satu metode kualitatif yang tertua dari riset sosial. Metode ini sangat tepat untuk meneliti masalah budaya, dan biasanya selalu terpilih sebagai metode penelitian bidang sosial khususnya antrpologi. Jurnal Keperawatan Indonesia Penelitian ini melibatkan kajian komprehensif terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti adat istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa yang menjadi karakteristik khas dari suatu komunitas, (Setyowati, 2006).

Metode etnografi menggunakan pendekatan naturalistik melalui pengamatan partisipan, di mana peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti untuk memahami perspektif dan makna budaya dari sudut pandang insider. Penelitian etnografi mengandalkan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen dalam periode waktu yang relatif lama. Peneliti etnografi menjadi bagian dari komunitas yang diteliti untuk dapat memahami secara holistik dan mendalam tentang sistem nilai, norma, dan praktik budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut, (Kamarusdiana, 2018).

Dalam konteks penelitian Indonesia, etnografi telah berkembang menjadi metode yang tidak hanya digunakan dalam bidang antropologi, tetapi juga diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, pendidikan, kesehatan, dan komunikasi. Penelitian naratif dan etnografi merupakan jenis penelitian yang berfokus pada validitas data kualitatif yang berupa kata-kata yang bersumber dari baik kepustakaan maupun studi lapangan untuk selanjutnya diurai lebih jauh sehingga menghasilkan sebuah temuan berdasarkan fakta dan realitas. Keunggulan metode etnografi terletak pada kemampuannya menghasilkan deskripsi yang kaya dan mendalam tentang fenomena budaya, serta memberikan pemahaman kontekstual yang komprehensif tentang kehidupan masyarakat yang diteliti, (Yusuf, M., 2020).

Penelitian etnografi dalam konteks pendidikan agama merupakan metode penelitian kualitatif yang mengkaji secara mendalam praktik-praktik pendidikan keagamaan dalam setting alamiah dan konteks budaya tertentu. Dalam penelitian pendidikan agama Islam, etnografi digunakan untuk memahami bagaimana nilai-nilai, tradisi, dan praktik keagamaan ditransmisikan, dipelajari, dan dipraktikkan dalam komunitas pendidikan seperti pesantren, madrasah, atau lembaga pendidikan Islam lainnya. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran agama, interaksi sosial antar anggota komunitas pendidikan, serta memahami makna dan simbolisme yang terkandung dalam praktik pendidikan keagamaan tersebut dari perspektif pelaku (emic perspective).

Karakteristik utama penelitian etnografi dalam pendidikan agama adalah keterlibatan peneliti secara langsung dan intensif dalam kehidupan sehari-hari komunitas pendidikan yang diteliti. Peneliti harus tinggal dan berinteraksi dengan subjek penelitian dalam waktu yang relatif lama untuk dapat memahami dinamika pendidikan agama secara holistik. Dalam konteks ini, penelitian etnografi tidak hanya mengkaji aspek formal pembelajaran agama seperti kurikulum dan metode pengajaran, tetapi juga mengeksplorasi aspek informal seperti budaya sekolah/pesantren, ritual keagamaan, hubungan guru-murid, dan proses sosialisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi partisipatori, wawancara mendalam, dan analisis dokumen, kemudian dianalisis secara kontekstual sesuai dengan situasi lapangan, (Siddiq, M., 2018).

Penelitian etnografi dalam pendidikan agama memiliki relevansi tinggi untuk memahami kompleksitas proses pendidikan keagamaan di Indonesia yang sangat beragam. Melalui pendekatan ini, peneliti dapat mengungkap bagaimana pendidikan agama berperan dalam pembentukan karakter, identitas keagamaan, dan konstruksi sosial dalam masyarakat. Etnografi pendidikan agama juga membantu dalam memahami tantangan dan peluang pengembangan pendidikan keagamaan di era modern, termasuk bagaimana tradisi dan modernitas berinteraksi dalam proses pembelajaran agama. Hasil penelitian etnografi dapat memberikan kontribusi penting bagi pengembangan teori pendidikan agama yang lebih kontekstual dan sesuai dengan realitas sosial-budaya masyarakat Indonesia, (Sunaryanto, M., 2021).

Penelitian etnografi merupakan metode penelitian kualitatif yang mendalam dan komprehensif dalam memahami kehidupan, budaya, perilaku, serta kebiasaan suatu kelompok masyarakat melalui observasi langsung dan partisipatif di lapangan. Metode ini menekankan keterlibatan aktif peneliti dalam kehidupan sehari-hari komunitas yang diteliti, sehingga mampu menghasilkan gambaran otentik dan kontekstual mengenai norma, nilai, dan pola interaksi sosial yang berlaku. Dikenal sebagai pendekatan yang holistik dan naturalistik, etnografi memungkinkan peneliti mengungkap simbol-simbol dan sistem aturan yang kompleks dari sudut pandang masyarakat internal, sebagaimana dikembangkan oleh Bronisław Malinowski, pelopor metodologi ini. Dalam berbagai bidang ilmu, termasuk pendidikan agama di Indonesia, etnografi terbukti sangat efektif dalam mengeksplorasi praktik, tradisi, dan dinamika sosial yang tidak hanya bersifat formal tetapi juga aspek informal yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan identitas keagamaan. Dengan demikian, penelitian etnografi tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang kehidupan budaya suatu komunitas, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan teori dan praktik yang relevan serta kontekstual, sesuai dengan realitas sosial masyarakat yang kompleks dan beragam.

2.      Prinsip-Prinsip Penelitian Etnografi

Prinsip-prinsip penelitian etnografi merupakan dasar yang harus dipegang teguh untuk memastikan keabsahan dan keberhasilan proses penelitian. Salah satu prinsip utama adalah keterlibatan langsung dan partisipatif peneliti dalam kehidupan masyarakat yang diteliti, sehingga peneliti dapat memahami secara mendalam konteks sosial dan budaya dari sudut pandang masyarakat sendiri (emik perspective). Selain itu, prinsip naturalistik menegaskan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkungan alami tanpa mengubah atau memanipulasi setting sosial yang sedang dipelajari, sehingga data yang diperoleh bersifat otentik dan mencerminkan kenyataan sebenarnya. Prinsip lain adalah keberlanjutan dan ketekunan, yang menuntut peneliti melakukan pengamatan dan interaksi secara jangka panjang agar memperoleh pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. Di samping itu, prinsip refleksivitas menuntut peneliti untuk selalu kritis terhadap bias dan pengaruh pribadinya selama proses penelitian. Terakhir, prinsip holistik mendorong peneliti untuk memandang masyarakat sebagai sistem yang utuh, dengan memperhatikan berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan keagamaan yang saling terkait, guna mendapatkan gambaran yang lengkap dan kaya tentang komunitas yang diteliti.

Prinsip-prinsip penelitian etnografi mencakup beberapa aspek kunci yang membantu peneliti memahami dan menggambarkan kehidupan sosial suatu kelompok. Pertama, observasi partisipatif menjadi landasan, di mana peneliti terlibat langsung dalam aktivitas sehari-hari subjek untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam. Kedua, pendekatan holistik menekankan pentingnya melihat konteks sosial, budaya, dan sejarah dalam analisis data. Ketiga, penelitian ini bersifat induktif, artinya peneliti membangun teori berdasarkan data yang diperoleh, bukan sebaliknya. Selain itu, etnografi menekankan refleksivitas, di mana peneliti menyadari pengaruh diri mereka terhadap penelitian. Terakhir, etika memainkan peran penting, dengan peneliti diharapkan menghormati privasi dan hak subjek yang diteliti.

Penelitian etnografi merupakan pendekatan kualitatif yang berfokus pada pemahaman mendalam terhadap kehidupan sosial dan budaya suatu kelompok masyarakat. Salah satu prinsip utama dalam penelitian etnografi adalah partisipasi dan observasi langsung, di mana peneliti terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat yang diteliti. Hal ini memungkinkan peneliti mengamati perilaku, nilai, dan interaksi sosial secara kontekstual serta menangkap makna yang tersembunyi di balik tindakan-tindakan sosial tersebut.

Prinsip kedua adalah refleksivitas, yaitu kesadaran peneliti terhadap posisi, nilai, dan bias pribadi yang dapat memengaruhi proses dan hasil penelitian. Dalam praktiknya, etnografer harus terbuka terhadap dinamika sosial yang terjadi di lapangan dan bersikap kritis terhadap pengaruh dirinya sendiri terhadap data. Selain itu, prinsip deskripsi tebal (thick description) menjadi dasar dalam pelaporan hasil penelitian, di mana peneliti tidak hanya menggambarkan perilaku atau peristiwa, tetapi juga menjelaskan makna dan konteks sosial-budaya dari fenomena yang diamati, (Subagyo, P. J., 2018).

Sedangkan Prinsip lain dari Penelitian Etnografi adalah memiliki kesabaran dan keterlibatan jangka panjang. Penelitian etnografi menuntut waktu yang cukup lama agar peneliti dapat memahami kehidupan masyarakat dari sudut pandang orang dalam (emic perspective). Kepercayaan dari partisipan juga perlu dibangun secara bertahap agar data yang diperoleh lebih autentik. Prinsip-prinsip ini menjadikan etnografi sebagai metode yang sangat kuat dalam menjelaskan kompleksitas realitas sosial secara mendalam. (Damayanti, V. S., 2019).

Masyarakat dengan segala kebudayaannya memiliki akar sosiologis yang cukup mengakar kuat. Kebudayaan yang dihasilkan dari interaksi sosial menjadikan nilai distingsi tersendiri dalam masyarakat tersebut. Cikal bakal kebudayaan merupakan aspek penting dalam kerangka sosial kemasyarakatan. Penelitian akan aspek kebudayaan ini menggunakan studi etnografi. Dalam implementasinya etnografi menekankan pada aspek kebudayaan yang ada. Hal inilah menjadi ciri penting dari studi etnografi. Sebagai penelitian kualitatif etnografi melakukan analisa secara mendalam terhadap kebudayaan yang diteliti. Disisi lain, terdapat keterkaitan yang cukup erat antara etnografi dengan masyarakat dan kebudayaan sebagai hasil kreatifitasnya. Oleh sebab itu, keterkaitan tersebut perlu diaplikasikan secara positif, di mana perlunya menggunakan studi etnografi sebagai bentuk alternatif dalam melaksanakan penelitian tentang kebudayaan di masyarakat, (Kamarusdiana, 2019).

Prinsip-prinsip penelitian etnografi merupakan fondasi yang sangat penting untuk memastikan keabsahan dan keberhasilan penelitian. Keterlibatan langsung peneliti dalam kehidupan masyarakat yang diteliti memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam dari sudut pandang emik, sedangkan pendekatan naturalistik menjamin keotentikan data dengan mempertahankan konteks sosial yang alami. Keberlanjutan dan ketekunan dalam pengamatan jangka panjang memperkaya pemahaman tentang dinamika sosial, sementara refleksivitas membantu peneliti untuk mengakui dan mengatasi bias pribadi. Terakhir, pendekatan holistik mengajak peneliti untuk mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan yang saling terkait, sehingga menghasilkan gambaran komprehensif tentang komunitas yang diteliti. Dengan memegang teguh prinsip-prinsip ini, etnografi dapat memberikan wawasan yang kaya dan mendalam tentang kompleksitas kehidupan sosial dan budaya.

3.      Prosedur Penelitian Etnografi

Prosedur penelitian etnografi secara umum meliputi beberapa tahapan utama yang dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, hingga analisis dan pelaporan hasil. Pada tahap awal, peneliti menentukan tujuan dan wilayah studi, serta membangun hubungan dengan komunitas yang akan diteliti, termasuk memperoleh izin dan kepercayaan dari masyarakat setempat. Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan langsung dan partisipatif di lapangan, mengumpulkan data melalui teknik seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, serta studi dokumen dan artefak budaya. Selama proses pengumpulan data, peneliti harus bersikap fleksibel dan sensitif terhadap dinamika sosial yang berlangsung. Setelah data terkumpul, tahap berikutnya adalah proses analisis yang bersifat induktif, di mana peneliti mencari pola, makna, dan hubungan antaras aspek kehidupan masyarakat. Terakhir, peneliti menyusun laporan penelitian yang memuat temuan mendalam dan interpretasi kontekstual, serta merefleksikan proses dan pengalaman selama penelitian berlangsung. Dengan mengikuti prosedur ini secara sistematis, penelitian etnografi mampu menghasilkan gambaran yang otentik dan komprehensif tentang kehidupan masyarakat yang diteliti.

Penelitian etnografi mengikuti prosedur sistematis yang bertujuan memahami makna sosial dan budaya dari suatu kelompok masyarakat secara mendalam. Prosedur dimulai dengan pemilihan lokasi dan subjek penelitian, yang biasanya bersifat khas atau unik secara sosial-budaya. Setelah itu, peneliti melakukan observasi partisipatif, yaitu terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti sambil mencatat perilaku, percakapan, dan simbol-simbol budaya yang muncul. Selama proses ini, peneliti juga menggunakan teknik wawancara mendalam, pengambilan catatan lapangan, serta dokumentasi untuk melengkapi data., (Rohidi, T. R., 2017).

Prosedur etnografi adalah analisis data secara induktif dan iteratif, yang berarti peneliti mengolah dan menafsirkan data seiring waktu sambil terus kembali ke lapangan untuk memperkuat temuan. Data dianalisis melalui proses kategorisasi, penemuan pola, dan penafsiran makna sosial budaya dari perspektif "orang dalam" (emic). Proses ini diakhiri dengan penyusunan laporan berupa deskripsi tebal (thick description) yang tidak hanya menggambarkan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa dan bagaimana fenomena sosial tersebut bermakna bagi masyarakat yang diteliti, (Haryanto, S., 2020).

Tahap I: Persiapan dan Perencanaan Penelitian

a.       Identifikasi Masalah Penelitian

1)      Merumuskan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan fenomena budaya

2)      Menentukan fokus kajian etnografi (komunitas, kelompok, atau praktik budaya tertentu)

3)      Melakukan studi literatur untuk memahami konteks teoretis dan historis

b.      Pemilihan Lokasi dan Subjek Penelitian

1)      Menentukan setting atau lokasi penelitian yang relevan dengan fokus kajian

2)      Mengidentifikasi karakteristik komunitas atau kelompok yang akan diteliti

3)      Melakukan penjajakan awal untuk memastikan aksesibilitas lokasi penelitian

c.       Persiapan Teknis

1)      Menyiapkan instrumen penelitian (pedoman observasi, wawancara, dokumentasi)

2)      Mempersiapkan peralatan pendukung (alat perekam, kamera, jurnal lapangan)

3)      Mengurus perizinan penelitian dan ethical clearance jika diperlukan

Tahap II: Entry Point dan Adaptasi Lapangan

a.       Negosiasi Akses

1)      Menghubungi gatekeeper atau tokoh kunci dalam komunitas

2)      Membangun hubungan awal dengan anggota komunitas

3)      Menjelaskan tujuan penelitian dengan cara yang dapat dipahami masyarakat

b.      Proses Adaptasi

1)      Melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan dan budaya setempat

2)      Membangun rapport dan kepercayaan dengan subjek penelitian

3)      Menentukan peran peneliti dalam komunitas (observer vs participant-observer)

c.       Orientasi Lapangan

1)      Mempelajari tata cara, norma, dan aturan yang berlaku dalam komunitas

2)      Mengidentifikasi informan kunci yang dapat membantu proses penelitian

3)      Memahami struktur sosial dan hierarki dalam komunitas

Tahap III: Pengumpulan Data Lapangan

a.       Observasi Partisipan

1)      Melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas sehari-hari komunitas

2)      Berpartisipasi dalam kegiatan komunitas sesuai dengan peran yang diterima

3)      Mencatat secara detail tentang perilaku, interaksi, dan praktik budaya

b.      Wawancara Mendalam

1)      Melakukan wawancara tidak terstruktur dan semi-terstruktur dengan informan

2)      Menggunakan teknik life history untuk memahami perspektif individual

3)      Menggali makna dan interpretasi subjek terhadap praktik budaya mereka

c.       Dokumentasi

1)      Mengumpulkan dokumen, artefak, dan benda-benda budaya yang relevan

2)      Mengambil foto dan video untuk mendukung deskripsi etnografi

3)      Merekam percakapan dan aktivitas (dengan persetujuan subjek)

d.      Pencatatan Lapangan

1)      Membuat catatan lapangan (field notes) secara rutin dan sistematis

2)      Menulis refleksi harian tentang pengalaman dan temuan di lapangan

3)      Melakukan coding awal terhadap data yang terkumpul

Tahap IV: Analisis Data dan Interpretasi

a.       Analisis Deskriptif

1)      Mengorganisir dan mengkategorikan data berdasarkan tema dan pola

2)      Mengidentifikasi kategori-kategori budaya yang muncul dari data

3)      Mengembangkan taksonomi atau klasifikasi fenomena budaya

b.      Analisis Interpretatif

1)      Menginterpretasi makna budaya dari perspektif emic (sudut pandang insider)

2)      Menghubungkan temuan dengan kerangka teoretis yang relevan

3)      Mengidentifikasi pola-pola hubungan antar elemen budaya

c.       Triangulasi Data

1)      Melakukan cross-check data dari berbagai sumber dan metode

2)      Memverifikasi temuan dengan informan kunci

3)      Menguji validitas interpretasi melalui member checking

Tahap V: Penulisan dan Pelaporan

a.       Penyusunan Etnografi

1)      Menulis deskripsi yang kaya (thick description) tentang budaya yang diteliti

2)      Mengintegrasikan data observasi, wawancara, dan dokumentasi

3)      Menggunakan gaya penulisan naratif yang menggambarkan kompleksitas budaya

b.      Refleksi Metodologis

1)      Mengevaluasi proses penelitian dan keterbatasan yang dihadapi

2)      Merefleksikan posisi peneliti dan pengaruhnya terhadap temuan

3)      Mendiskusikan implikasi etis dari penelitian yang dilakukan

c.       Finalisasi Laporan

1)      Melakukan review dan revisi berdasarkan masukan pembimbing atau peer

2)      Memastikan kerahasiaan dan anonimitas subjek penelitian

3)      Menyusun laporan final dengan format akademik yang sesuai

Prinsip-Prinsip Penting dalam Setiap Tahap

a)      Etika Penelitian

1)      Menghormati nilai dan norma budaya komunitas yang diteliti

2)      Memastikan informed consent dari seluruh subjek penelitian

3)      Menjaga kerahasiaan dan privasi informan

b)      Fleksibilitas

1)      Siap mengadaptasi rencana penelitian berdasarkan kondisi lapangan

2)      Terbuka terhadap temuan yang tidak terduga atau berbeda dari hipotesis awal

3)      Menyesuaikan metode pengumpulan data sesuai dengan konteks budaya

c)      Refleksivitas

1)      Melakukan self-reflection secara kontinyu tentang posisi dan bias peneliti

2)      Menyadari pengaruh kehadiran peneliti terhadap komunitas yang diteliti

3)      Mengakui subjektivitas dalam proses interpretasi data

d)      Durasi Penelitian

1)      Mengalokasikan waktu yang cukup untuk memahami kompleksitas budaya

2)      Mempertimbangkan siklus kegiatan budaya (ritual, musim, perayaan)

3)      Menyesuaikan durasi dengan kedalaman pemahaman yang ingin dicapai

4.      Analisis Penelitian Etnografi

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menganalisis data etnografi:

a.       Transkripsi dan Organisasi Data

Setelah proses observasi dan wawancara, data yang berupa catatan lapangan, transkrip wawancara, dan dokumentasi perlu ditranskrip dan disusun secara sistematis. Peneliti mengelompokkan data berdasarkan tema, peristiwa, atau interaksi sosial yang relevan.

b.      Open Coding (Pemberian Kode Awal)

Peneliti membaca ulang seluruh data secara menyeluruh, lalu memberikan kode terbuka pada potongan data yang bermakna, misalnya interaksi antaranggota komunitas, nilai budaya, atau praktik sosial yang khas.

c.       Kategori dan Tema

Kode-kode yang serupa atau berkaitan dikelompokkan menjadi kategori, yang kemudian dirumuskan menjadi tema-tema utama yang menggambarkan struktur budaya atau pola perilaku yang ditemukan.

d.      Interpretasi Emik dan Etik

1)      Peneliti melakukan interpretasi data dari dua sudut:

2)      Emik: berdasarkan perspektif orang dalam atau partisipan.

3)      Etik: berdasarkan sudut pandang peneliti atau teori yang digunakan.

e.       Deskripsi Tebal (Thick Description)

Peneliti menyusun narasi deskriptif yang kaya makna dan kontekstual, tidak hanya menjelaskan apa yang terjadi, tetapi juga mengapa dan bagaimana peristiwa atau tindakan itu bermakna secara sosial dan budaya bagi komunitas tersebut.

f.        Validasi Data (Triangulasi)

Untuk menjamin keabsahan temuan, peneliti melakukan triangulasi sumber, teknik, dan waktu, serta melibatkan partisipan dalam pengecekan data (member check) agar hasil analisis akurat dan sesuai dengan realitas di lapangan.

5.      Intepretasi Penelitian Etnografi

M

Interpretasi dalam penelitian etnografi bertujuan untuk mengungkap makna mendalam dari perilaku, nilai, dan praktik budaya suatu kelompok berdasarkan data lapangan yang telah dikumpulkan. Tidak hanya menyajikan fakta, interpretasi menekankan pemahaman terhadap dunia sosial dari sudut pandang partisipan (emic), sekaligus mempertimbangkan kerangka teoritis peneliti (etik). Berikut langkah-langkah dalam melakukan interpretasi:

a.       Memahami Konteks Budaya

Interpretasi dimulai dengan membaca ulang data lapangan secara menyeluruh sambil memperhatikan konteks sosial, budaya, dan lingkungan tempat masyarakat hidup. Peneliti harus memahami latar belakang sejarah, struktur sosial, nilai-nilai, serta simbol-simbol budaya yang menjadi bagian dari kehidupan komunitas tersebut.

b.      Menggunakan Perspektif Emik dan Etik

Dalam etnografi, peneliti menggabungkan dua pendekatan:

1)      Emik: memaknai perilaku dan keyakinan sebagaimana dipahami oleh orang dalam komunitas.

2)      Etik: menafsirkan data menggunakan konsep atau teori dari luar komunitas, untuk membangun pemahaman yang lebih luas dan ilmiah.

c.       Menjelaskan Makna Simbolik dan Sosial

Interpretasi etnografi juga melibatkan penafsiran terhadap makna simbolik dari tindakan, ritual, bahasa, atau objek dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, bagaimana upacara adat mencerminkan sistem kepercayaan, atau bagaimana interaksi sosial mencerminkan struktur kekuasaan dalam kelompok.

d.      Membangun Narasi yang Reflektif

Hasil interpretasi dituangkan dalam bentuk narasi etnografis yang disebut "deskripsi tebal" (thick description). Narasi ini tidak hanya menggambarkan apa yang dilakukan, tetapi juga menjelaskan mengapa dan bagaimana hal tersebut bermakna bagi anggota kelompok tersebut. Interpretasi juga harus mencerminkan refleksi kritis peneliti terhadap posisi dan pengaruhnya dalam proses penelitian.

6.      Pelaporan Temuan Penelitian Etnografi

Pelaporan temuan dalam penelitian etnografi harus disusun secara naratif, deskriptif, dan kontekstual. Tujuannya adalah untuk menyampaikan makna budaya, perilaku sosial, dan praktik kehidupan masyarakat yang diteliti, berdasarkan hasil observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Ciri utama pelaporan etnografi adalah "deskripsi tebal" (thick description), yaitu penjabaran mendalam yang tidak hanya memaparkan fakta, tetapi juga menjelaskan konteks, simbol, serta nilai-nilai di balik peristiwa sosial.

a.       Pendahuluan Kontekstual

Mulailah dengan memperkenalkan latar belakang lokasi dan komunitas yang diteliti, termasuk sejarah singkat, struktur sosial, nilai-nilai budaya, dan alasan pemilihan lokasi. Hal ini membantu pembaca memahami konteks penelitian.

b.      Penyajian Naratif Temuan

Temuan lapangan disajikan dalam bentuk narasi tematik, yaitu berdasarkan kategori atau tema-tema utama yang muncul dari analisis data. Setiap tema dapat menggambarkan pola interaksi sosial, praktik budaya, nilai-nilai, dan makna simbolik yang ditemukan selama penelitian. Peneliti dapat menyertakan kutipan langsung dari partisipan untuk menguatkan validitas deskripsi.

c.       Analisis dan Interpretasi Terintegrasi

Temuan tidak hanya dideskripsikan, tetapi juga diinterpretasikan secara emik dan etik. Artinya, peneliti menjelaskan bagaimana makna tersebut dipahami oleh masyarakat (emic), sekaligus menafsirkannya dengan teori atau kerangka ilmiah dari peneliti (etic). Ini menciptakan pelaporan yang reflektif dan mendalam.

d.      Penyajian Visual dan Dokumentasi

Gunakan dokumentasi lapangan seperti foto, sketsa, atau peta sosial untuk memperkuat pemahaman pembaca terhadap situasi lapangan. Visual ini membantu menghidupkan narasi dan mendekatkan pembaca pada realitas komunitas yang diteliti.

e.       Penarikan Kesimpulan Kontekstual

Akhiri dengan kesimpulan yang tidak bersifat generalisasi, tetapi menjelaskan makna temuan secara kontekstual sesuai karakteristik masyarakat yang diteliti. Kesimpulan juga dapat memuat implikasi sosial, budaya, atau kebijakan yang relevan.

Daftar Pustaka

Damayanti, V. S. (2019). Meneliti Budaya melalui Etnografi: Sebuah Refleksi Kritis Metodologi. Jurnal Sosioteknologi, 18(1), 50–58.

Fatimah, Siti. (2015). Metode Etnografi dan Manfaatnya dalam Mencari Solusi Berbagai Permasalahan Sosial-Budaya. Jurnal Antropologi Pendidikan, 3(1), 12-25.

Haryanto, S. (2020). Implementasi Prosedur Penelitian Etnografi dalam Studi Pendidikan Multikultural. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 25(2), 123–132.

Kamarusdiana. (2018). Studi Etnografi dalam Kerangka Masyarakat dan Budaya. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 5(2), 113-128.

Kamarusdiana. (2019). Studi Etnografi dalam Kerangka Masyarakat dan Budaya (Community and Cultural Framework in Ethnographic Studies). SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 6 No. 2, 113-128.

Rohidi, T. R. (2017). Metodologi Penelitian Etnografi dalam Kajian Budaya. Jurnal Ilmiah Sosiologi, 15(1), 45–56.

Setyowati. (2006). Etnografi Sebagai Metode Pilihan dalam penelitian Kualitatif di Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 10, No.1, Maret, 35-40.

Siddiq, M. (2018). Etnografi Sebagai Teori Dan Metode. Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 20(1), 23-48.

Subagyo, P. J. (2018). Etnografi sebagai Metode Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 13(2), 67–76.

Sunaryanto, M. (2021). Etnografi dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Desainnya. Jurnal Penelitian Kualitatif, 5(2), 45-62.

Yusuf, M. (2020). Pengoperasian Penelitian Naratif dan Etnografi; Pengertian, Prinsip-Prinsip, Prosedur, Analisis, Intepretasi dan Pelaporan Temuan. As-Shaff: Jurnal Manajemen dan Dakwah, 2(1), 45-62.

No comments:

Post a Comment

INOVASI DAN COLLABORATIVE GOVERNANCE

  ANALISIS INOVASI HANAFI PELU 1.       Permasalahan Teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimulai dari revolusi industr...