KONSTRUKSI GROUNDED
TEORI
Petunjuk Praktis dalam
Analisa Kualitatif
Setelah membaca buku yang ditulis oleh Kathy Charmez dengan
judul Constucting Grounded Theory
dimana Penelitian
Grounded Theory merupakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan
sejumlah prosedur sistematis yang diarahkan untuk mengembangkan teori
berorientasi tindakan, interaksi, atau proses dengan berlandaskan data yang
diperoleh dari kancah penelitian. Metode penelitian ini masih tergolong baru
dan pada awalnya digunakan dalam sosiologi. Namun metode ini berkembang pesat
dan telah digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Buku ini membahas konsep-konsep
pokok tentang Penelitian Grounded Teori, yang diawali dengan mengemukakan latar
belakang, perkembangan dan pengertian tentang penelitian Grounded Teori sebagai
pengantar. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan tentang
ciri-ciri pokok metode Grounded Teori dan prosedur pelaksanaan sebuah
penelitian Grounded Teori. Pembahasan ditutup dengan menarik beberapa
kesimpulan yang didasarkan pada pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya.
Penelitian
Grounded Teori pertama kali dikembangkan pada tahun 1960-an oleh dua
sosiologis, Barney Glaser and Anselm Strauss berdasarkan penelitian yang mereka
lakukan pada pasien-pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas
California, San Francisco. Catatan-catatan dan metode penelitian yang digunakan
dipublikasikan dan menarik minat banyak orang untuk mempelajarinya. Sebagai
respon, Glaser dan Strauss menerbitkan The Discovery of Grounded Theory (1967),
buku yang menjelaskan prosedur metode Grounded Teori secara terperinci. Hingga saat ini, buku ini
diterima sebagai peletetak konsep-konsep mendasar Grounded Teori. Dalam buku
ini, Glaser dan Strauss mengkritisi pendekatan-pendekatan penelitian sosiologi
yang menekankan verifikasi dan pengujian teori-teori. Menurut mereka,
penelitian seharusnya memunculkan konsep-konsep (variabel) dan hipotesis
berdasarkan data-data nyata yang ada di lapangan: Sebuah teori yang ditemukan
selama penjaringan data akan sangat sesuai dengan kumpulan data tadi. Jadi,
teori yang dibangun oleh Grounded Teori sangat kontras dengan teori yang
diturunkan secara deduktif dari grand theory, tanpa bantuan data dan sering
kali tidak cocok dengan data manapun. Ide-ide yang terkandung dalam The
Discovery of Grounded Theory merefleksikan latar belakang keahlian kedua
pengarang yang cukup berbeda. Glaser merupakan lulusan Columbia University yang
berafiliasi pada penelitian quantitatif, khususnya pengembangan teori secara
induktif berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif. Pengaruh perspektif
induktif terlihat pada penekanan perumusan teori berdasarkan perspektif
parisipan yang diteliti. Strauss merupakan lulusan Universitas Chicago yang
terkenal dengan tradisi penelitian lapangan kualitaif. Latar belakang ini
terungkap pada penekanan Strauss terhadap peneltian lapangan yang dilakukan
dengan cara menemui dan secara seksama mendegarkan penuturan individu-individu
yang diteliti.
Setelah
penerbitan The Discovery of Grounded Theory, baik Glaser maupun Strauss menulis
berbagai buku masing-masing untuk mengembangkan metode Grounded Teori.
Bekerjasama dengan Juliet Corbin, pada tahun 1990 dan 1998 Strauss
mengembangkan prosedur dan teknik Grounded Teori yang kemudian dikenal dengan
desain sistematik, dengan bentuk yang lebih preskriptif, dengan
kategori-kategori yang telah ditentukan dan penekanan pada validitas dan
reliabilitas data. Desain sistematik ini menekankan penggunaan tiga fase
analisis data yang dimulai dengan pengodean terbuka (open coding), pengodean
poros (axial coding), dan pengodean selektif (selective coding) dan
pengembangan suatu paradigma logis atau gambaran visual dari teori yang
diturunkan. Meskipun desain sistematik diadopsi oleh para peneliti kualitatif,
beberapa poin dalam pendekatan ini mendapat kritikan. Glaser menyoroti
penekanan yang berlebihan terhadap aturan dan prosedur, kerangka kerja yang
kaku, dan kecenderungan verifikasi teori (bukan penyusunan teori) yang terdapat
dalam desain tersebut. Menurut Glaser, tujuan utama peneliti Grounded Teori
untuk menjelaskan “proses sosial dasar” dengan cara memunculkan teori dari
data, bukan hanya sekedar menggunakan kategori-kategori yang telah ditentukan
seperti tergambar pada desain sistematik, terutama pada langkah pengodean
poros. Sebagai alternatif, Glaser mengajukan desain emerging yang menekankan
penggunaan teknik pembandingan berkesinambungan (constant comparative) antara kejadian
dengan kejadian, kejadian dengan kategori, dan kategori dengan kategori sebagai
inti analisis data. Bagi Glaser, fokus utama Grounded Teori adalah
menghubungkan kategori-kategori dan memunculkan teori, bukan hanya sekedar
menggambarkan teori.pada tahap akhir, peneliti membangun dan mendiskusikan
hubungan antar seluruh kategori tanpa menghubungkannya dengan diagram atau
gambar (Creswel, 2008: 438). Pengembang metode Grounded Teori yang lain,
Charmaz (dalam Creswel, 2008: 439), menyatakan bahwa desain yang disusun Straus
dan Glaser terlalu kaku dengan prosedur pengumpulan fakta dan penjelasan
tindakan sehingga makna yang dinyatakan oleh partisipan dalam penelitian bisa
terabaikan. Menurut Charmaz, peneliti Grounded Teori perlu menggunakan
strategi-strategi yang lebih fleksibel dalam rangka ‘menangkap’ dan menjelaskan
pandangan, nilai-nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan ideologi individu
sewaktu mereka menjalani sebuah fenomena atau proses. Berdasarkan
pandangan-pandangannya itu, Charmaz menyusun desain konstruktivis yang memberi
penekanan pada makna yang diungkapkan oleh partisipan dalam penelitian. Desain
ini dilakukan dengan cara menjelaskan perasaan-perasaan masing-masing
partisipan sewaktu mereka menjalani sebuah fenomena. Desain ini juga menjelaskan
keyakian dan nilai-nilai peneliti tapi mencegah kategori-kategorinyang telah
ditentukan, sebagaimana halnya terjadi dalam desain sistematik. Laporan
penelitian ditulis terutama dalam bentuk penjelasan yang logis serta, secara
mendalam, mengupas asumsi-asumsi dan makna yang diungkapkan masing-masing
partisipan yang diteliti.
Penggunaan
dan pengembangan di berbagai disiplin ilmu membuat Grounded Teori terbagi dalam
tiga pendekatan. Meskipun demikian, ketiga pendekatan itu, dan juga
desain-desain yang diterapkan secara khusus dalam berbagai bidang ilmu, tetap
menggunakan konsep dasar dalam The Discovery of Grounded Theory sebagai titik
tolak (Goulding, 1999). Oleh sebab itu, untuk memahami Grounded Teori secara
lebih komprehensif, elemen-elemen yang terkandung dalam setiap pendekatan perlu
dikaji secara seksama. Menurut Creswell (2008: 440), enam karakteristik berikut
merupakan elemen-elemen yang terdapat dalam berbagai pendekatan Grounded Teori,
termasuk desain sistematik, 'emerging' dan 'kostruktivis'.
1.
Pendekatan Proses
Meskipun para
peneliti Grounded Teori dapat mengarahkan studi mereka pada sebuah ide, seperti
keahlian menerjemahkan novel atau kemahiran berpidato, mereka lebih mengarahkan
penelitian terhadap proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif. Hal
ini dilandasi oleh kenyataan bahwa setiap fenomena sosial merupakan hasil
proses tindakan atau interaksi antar individu. Dalam penelitian Grounded Teori,
proses merujuk pada urutan tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia dan
peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sebuah topik, seperti
pengalihbahsaan novel Animal Farm ke dalam bahasa Indonesia. Dalam topik
seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara atau catatan pengamatan yang
dilakukan pada partisipan, peneliti dapat mengidentifikasi dan mengisolasi
tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia, seperti interaksi antara
penerbit dan penterjemah pada saat negoisasi, tindakan-tindakan yang dilakukan
penterjemah selama proses pengalihbahasaan, dan sebagainya. Aspek-paspek yang diisolasi
ini disebut kategori-kategori, yang digunakan sebagai tema-tema informasi dasar
dalam rangka memahami suatu proses. Borgatti (1990) menekankan pemusatan
perhatian Grounded Teori terhadap dengan mengatakan “suatu proses itu sangat penting” karena Grounded Teori berhubungan
dengan penggambaran dan pengodean hal-hal yang dinamis—sedang berubah, sedang bergerak,
dan sedang berlangsung dalam penelitian.
Dalam penelitian
Grounded Teori, kategori-kategori atau tema-tema diberi label dalam bentuk kode
in vivo, yaitu label dari kategori-kategori yang diungkapkan dengan menggunakan
kata-kata asli partisipan bukan dalam bentuk ungkapan peneliti atau terminologi
ilmiah yang baku. Kata-kata itu diidentifikasi peneliti dengan mengkaji
transkrip-transkrip wawancara atau catatan lapangan dalam rangka melokalisir
ungkapan partisipan yang berhubungan dengan kategori yang dimaksud. Sebagai
contoh, untuk menungkapkan bahwa buku hasil terjemahannya sangat laris,
partisipan mungkin menggunakan istilah 'meledak di pasaran'. Dengan menggunakan
kode in vivo, peneliti akan menggunakan label “meledak di pasaran” untuk
kategori tersebut.
2. Penyampelan
Teoritik
Sebagaimana
lazimnya dalam penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data penelitian Grounded
Teori adalah peneliti sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat berbentuk
transkrip wawancara, percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen publik,
buku harian dan jurnal responden, dan catatan reflektif peneliti (Charmaz,
dalam Creswell, 2008: 442). Proses pengumpulan data itu dilaksaakan dengan
mengunakan ada dua metode secara simultan, yaitu observasi dan wawancara
mendalam (depth interview). Bentuk data yang paling sering digunakan berbagai
peneliti adalah hasil wawancara karena data seperti ini lebih
mampumengungkapkan pengalaman responden dalam kata-kata mereka sendiri. Hal
inilah yang mendorong Borgatti (1990) menyimpulkan bahwa Grounded Teori sangat
dipengaruhi dan menekankan pemahaman dunia secara emik. Dia menyatakan:”teoritikus
grounded sangat prihatin dengan atau kebanyakan pengaruh oleh pemahaman para
ahli di dunia: Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada
penelitian Grounded Teori dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada
pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Teori sangat
ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history)
untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat
kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan
"Mengapa suatu kondisi terjadi?", "Apa konsekwensi yang timbul
dari suatu tindakan/reaksi?” dan "Seperti apa tahap-tahap kondisi,
tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung?” Dalam Grounded Teori,
masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada
keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang dilakukan “…
in order to discover categories and their properties, and to suggest their
interrelationship into a theory” (Glaser and Strauss, 1980: 62). Dengan kata
lain, penyampelan teoritik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan peneliti
dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan
dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya
adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat,
dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh,
jika peneliti sedang meneliti "tingginya kecenderungan penerbitan novel-novel
horror terjemahan", para pembaca novel horor merupakan responden yang
paling sesuai untuk diwawancarai. Penterjemah, penerbit, dan kritisi sastra
memang dapat dijadikan sumber informasi yang relevan, namun peran mereka
tidakbegitu sentral karena penerbitan bahan bacaan sangat ditentukanoleh
konsumen (pembaca).
Penjelasan
ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya yang di sampel dalampenelitian Grounded
Teori bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek
material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Akan tetapi,
karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan
sendirinya obyek formal juga ikut disampel dalam peroses pengumpulan atau
penggalian fenomena. Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya
fenomena yang telah terpilih itulah yang dicari atau digali oleh peneliti
selama mengumpulkan data. Karena fenomena itu melekat dengan subyek yang
diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak ditemukan lagi
informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir. Itulah
sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Teori, seperti
halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal.
Subyek-subyek yang diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika
pengumpulan data berlangsung. Cara penyampelan inilah yang disebut dalam
penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai
dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Teori diarahkan
dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga
pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan
pengumpulan data; (a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan
variasional, serta (c) penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif
(penyampelan terdahulu menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin
mengerucut sejalan dengan tingkat kedalaman fokus penelitian.
Berikut
ini adalah penjelasan singkat tentang ketiga penyampelan tersebut; (a) Penyampelan
terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang berkenaan
dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap awal
itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka
obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum dibatasi.
Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis
dengan pengkodean terbuka. (b) Penyampelan relasional dan variasional berfokus
pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan antara kategori dengan
kategori dan kategori dengan sub-subkategorinya. Pada kedua penyampelan ini
diupayakan untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam
data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran tersebut
adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini adalah memilih
subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan
perubahan. (c) Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean
terpilih. Oleh karena itu tujuan penyampelan pembeda adalah menetapkan subyek
yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji
hubungan antar-kategori.
Kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian Grounded Teori berlangsung secara bertahap
dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga
berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah
sampel bisa terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah data yang
dibutuhkan. Ketentuan umum dalam Grounded Teori adalah melakukan penyampelan
hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai. Maksudnya, penyampelan
dihentikan apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan
kategorinya telah terpenuhi; dan (c) hubungan antarkategori sudah ditetapkan
dan dibuktikan.
Dalam
pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Teori tidak didasarkan pada
generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini,
penelitian Grounded Teori bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi
terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b)
tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta
konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan
teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak
menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian
kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.
3. Analisis Data Perbandingan Konstan
Dalam penelitian
Grounded Teori, peneliti terlibat dalam roses pengumpulan data, pengelompokan
data ke dalam kategori-kategori, pengumpulan data tambahan, dan pembandingan
informasi yang baru itu dengan kategori-kategori yang muncul. Proses
pengembangan kategori-kategori informasi yang berlangsung secara perlahan-lahan
ini dinamai prosedur perbandingan konstan (constant comparative procedure).
Perbandingan konstan ini merupakan prosedur analisis data induktif yang
digunakan untuk memunculkan dan menghubungkan kategori-kategori dengan cara
membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, satu peristiwa dengan
satu kategori, dan satu kategori dengan kategori lainnya.
Dalam tahap pelaksanaan (Dick, 2005) menggambarkan analisis data perbandingan konstan, dalam langkah-langkah berikut. Pada wawancara pertama, peneliti hanya bertanya pada diri sendiri: “Apa yang sedang berlangsung?”, “Situasi apakah ini?”, “Bagaimana partisipan ini menangani situasi tersebut? “, “Lalu, kategori-kategori apa yang terungkap melalui pernyataan-pernyataan ini?” Setelah itu, peneliti mengodekan hasil-hasil wawancara pertama dan kedua ke dalam kategori-kategori, seluruh kategori (termasuk yang diperoleh dari sumber data lainnya) dibandingkan satu dengan yang lain. Setelah itu, seluruh kategori dihubungkan dengan teori yang muncul dipikiran penulis selama melakukan perbandingan. Secara singkat, analisis data perbandingan konstan adalah ”awalnya membandingkan sekelompok data set untuk menusun data set; setelah itu dibandingkan data tersesut dalam teori.”
Dalam tahap pelaksanaan (Dick, 2005) menggambarkan analisis data perbandingan konstan, dalam langkah-langkah berikut. Pada wawancara pertama, peneliti hanya bertanya pada diri sendiri: “Apa yang sedang berlangsung?”, “Situasi apakah ini?”, “Bagaimana partisipan ini menangani situasi tersebut? “, “Lalu, kategori-kategori apa yang terungkap melalui pernyataan-pernyataan ini?” Setelah itu, peneliti mengodekan hasil-hasil wawancara pertama dan kedua ke dalam kategori-kategori, seluruh kategori (termasuk yang diperoleh dari sumber data lainnya) dibandingkan satu dengan yang lain. Setelah itu, seluruh kategori dihubungkan dengan teori yang muncul dipikiran penulis selama melakukan perbandingan. Secara singkat, analisis data perbandingan konstan adalah ”awalnya membandingkan sekelompok data set untuk menusun data set; setelah itu dibandingkan data tersesut dalam teori.”
4. Kategori Inti
Dari seluruh
kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori sebagai
inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa
kategori (misalnya, 8 hingga 10 tergantung pada besarnya database), peneliti
memilih satu kategori inti sebagai basis penulisan teori (lihat gambar 2
sebagai visualisasi proses ini). Berikut ini adalah enam kriteria untuk
menentukan kategori inti (Strauss and Corbin, dalam Creswell, 2008: 444). (a)
Kategori tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama
lainnya dapat dihbungkan padanya. (b) Kategori tersebut sering muncul dalam
data, dengan pengertian bahwa dalam semua kasus terdapat indikator-indikator
yang merujuk pada kategori inti tersebut. (c) Penjelasan-penjelasan yang
menghubungkan kategori-kategori berfifat logis, konsisten dan tidak dipaksakan.
(d) Istilah atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan kategori inti harus
abstrak. (e) Seiring dengan penyempurnaan konsep, teori berkembang dalam aspek
kedalaman dan kemampuan menjelaskan. (f) Meskipun kondisi bervariasi, kategori
inti masih mampu menjelaskan seara akurat.
5. Perumusan Teori
Dalam penelitian
Grounded Teori, yang dimaksud dengan teori adalah penjelasan atau pemahaman
yang abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik substantif yang
didasarkan pada data. Teori ini disusun oleh peneliti sewaktu mengidentifikasi
kategori inti dan kategori-kategori proses yang menjelaskannya. Karena teori
ini dilandaskan pada fenomena yang spesifik, teori ini tidak dapat
diaplikasikan digeneralisasikan secara meluas pada fenomena lain. Oleh karena
itu, Charmaz (dalam Creswell, 2008: 446) mengatakan teori ini berfifat “middle
range”, ditarik dari beberapa individual atau sumber data dan memberi
penjelasan yang akurat hanya pada sebuah topik yang substantif.
6. Penulisan Memo
Dalam penelitian
Grounded Teori, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat peneliti untuk
mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-kategori yang
dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat peneliti bagi
dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah kategori,
kususnya tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan.
Menurut Dick (2005), penulisan memo harus harus diberikan prioritas utama
karena ide tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori bisa muncul kapan
saja dan peneliti harus segera mencatatnya. Dalam penelitiannya, Dick biasa
menggunakan memo dengan sistem kartu-kartu berukuran 125 mm x 75 mm yang
tersedia dikantongnya kapan saja dia perlu membuat memo.
Penelitian Grounded
Teori diawali dengan pemusatan perhatian pada suatu wilayah kajian dan diikuti
oleh pengumpulan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik,
khususnya wawancara dan obserrvasi lapangan (field observation). Setelah
terhimpun, data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik 'coding' dan
prosedur penyampelan teoritis. Tahap berikutnya adalah menyusun teori (yang
menjelaskan fenomena yang diteliti) dengan menggunakan teknik interpretasi.
Pada tahap akhir, hasil penelitian disusun secara sistematis. Selaras dengan
itu, Creswell (2008: 432) menjelaskan Grounded Teori dilakukan melalui sebuah
prosedur penjaringan data yang sistematis, pengidentifikasian kategori-kategori
(tema-tema), penghubungan kategori-kategori tersebut, dan pembentukan teori
yang menjelaskan proses tersebut. Dengan demikian teori-teori yang dihasilkan
merupakan teori ‘proses’ yang menjelaskan fenomena (tahapan-tahapan proses,
tindakan, atau interaksi yang terjadi di kancah penelitian selama penelitian
terjadi).
Prosedur yang
spesifik sulit digambarkan mengingat bahwa penelitian Grounded Teori
diaplikasikan dalam berbagai disiplin ilmu. Selain itu, terdapat paling tidak
tiga desain yang lazim digunakan cukup beragam, dengan disain yang teratur
(sistematik dan emerging) maupun fleksibel (konstruktivis). Prosedur yang
diuraikan di bawah ini merupakan tahapan desain sistematis, mengingat
langkah-langkahnya yang mudah diidentifikasi.
1. Perumusan
Masalah Penelitian
Sebagai
penelitian berparadigma kualitatif, Grounded Teori mengasumsikan bahwa di dalam
kehidupan sosial selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola.
Pola-pola regulasi yang ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan
menjadi teori. Asumsi ini dipertegas dalam Grounded Teori, dengan menyatakan
bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan dengan fenomena belum dapat
diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum terpahami atau belum
tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi seorang peneliti
untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik–seperti yang dituntut dalam
metode kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya.
Substansi rumusan masalah dalam pendekatan GROUNDED TEORI masih bersifat umum, yaitu dalam bentuk
pertanyaan yang masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali fenomena
secara luas, dan belum sampai menegaskan mana saja variabel yang berhubungan
dengan ruang lingkup masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe hubungan
antarvariabelnya belum perlu dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang dibuat. Berdasarkan
asumsi dan kemungkinan di atas, rumusan masalah dalam Grounded Teori disusun secara
bertahap. Pada tahap awal sebelum pengumpulan data, dikemukan rumusan masalah
yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang kemudian nanti–setelah
data yang bersifat umum dikumpulkan rumusan masalahnya semakin dipersempit dan
lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan. Intinya adalah,
bahwa rumusan masalah dalam Grounded Teori disusun lebih dari satu kali.
Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan
dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap
berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah
yang disebut terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.
Seperti lazimnya
pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal memiliki
substansi yang jelas serta dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Ciri rumusan
masalah yang disarankan dalam Grounded Teori adalah; (a) berorientasi pada
pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang
obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada
proses dan tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Teori;
"Bagaimanakah novel detektif Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud
untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam proses penerjemahan sebuah novel
detektif Inggris ke dalam bahasa Indonesia, (b) obyek formal penelitian adalah
penterjemah yang sedang menerjemahkan sebuah novel detektif Inggris ke dalam
bahasa Indonesia; sedangkan obyek materialnya adalah metode yang dilakukan oleh
penterjemah itu dalam menyelesaikan penerjemahan novel dimaksud, dan (c)
orientasi utama yang disoroti adalah tahapan dan teknik-teknik penterjemahan
yang dipilih.
Sebagai sebuah
penelitian kualitatif, penelitian Grounded Teori tidak bermaksud untuk menguji
teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang direduksi dari
suatu teori. Sungguh tidak relevan jika penelitian dengan Grounded Teori dimulai
dengan teori atau variabel yang telah ada, karena menghambat pengembangan
rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian Grounded Teori tidak perlu
terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam
mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam
pendekatan Grounded Teori, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki
pengetahuan tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori
yang mungkin ditemukan.
Dalam pendekatan
Grounded Teori, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan maksud
penelitian yang dikerjakan, yaitu untuk menemukan teori dari dasar. Namun, jika
peneliti menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah,
membangun kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-konsep
yang digunakan oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara sampai
ditemukan konsep yang sebenarnya dari keadaan tersebut.
Terdapat lima
kemungkinan perlakuan peneliti terhadap teori yang sudah ada. Pertama, jika
penelitian dengan Grounded Teori menemukan teori yang memiliki hubungan dengan
teori yang sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk
memperluas teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang
ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang ada dapat
dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan baru itu. Kedua, jika peneliti sudah
menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan, maka ia perlu memeriksa
apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika ya, maka peneliti
perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain tentang
kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang bermaksud
memperluas teori. Ketiga, jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori yang
telah ada, maka penelitian dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk
kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada
bisa digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian,
penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari
teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data
yang dikumpulkan, sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah,
atau dimodifikasi. Keempat, jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang
sudah ada, maka teori tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah
pertanyaan atau menjadi pedoman dalam pengamatan /wawancara untuk mengumpul
data awal. Kelima, jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang
sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya
berbeda dengan teori yang ada.
2. Pengumpulan Data
Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, data utama dalam penelitian Grounded Teori digali dari
fenomena atau perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat
prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas.
Sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada
keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik yang digunakan adalah
penyampelan teoritik, atau penyampelan yang dilakukan dengan cara memilih
data-data atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan dengan dan mendukung
secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel
peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara
langsung menjawab masalah penelitian.
3. Analisis Data
Pada dasarnya,
kegiatan penjaringan dan analisis data dalam Grounded Teori adalah proses yang
saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus), bahkan
simultan. Karena itu kegiatan analisis telah dikerjakan pada saat pengumpulan
data sedang berlangsung. Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam
bentuk pengodean (coding), yakni proses penguraian data, pengonsepan, dan
penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded
Teori adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses
penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan
(d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan
untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua
prosedur analisis dasar dalam proses pengodean, yaitu; (a) pembuatan
perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of
analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian Grounded
Teori, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada
sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan
pokok penelitian, dan (ii) posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat
atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum. Analisis data itu sendiri,
seperti telah dijelaskan sebelumnya, dilaksaakan dalam tiga langkah: pengodean
terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding), dan pengodean selektif
(selective coding). Setelah menganalisis data, peneliti menyusun suatu
paradigma logis atau gambaran visual dari teori yang diturunkan. Sedangkan
dalam analisis data, maka harus memperhatikan beberapa hal;
(a) Pada tahap
pertama,
pengodean terbuka (open coding), peneliti membentuk kategori-kategori awal
informasi tentang fenomena yang diteliti dengan memilah-milah data (diperoleh
dari wawancara, observasi, maupun catatan-catatan dan memo) ke dalam
jenis-jenis yang relevan. Jika fenomena yang diteliti adalah proses
penterjemahan novel-novel klasik di sebuah penerbitan, misalnya, informasi yang
diperoleh melalui pengamatan tentang proses pemberian 'job' oleh penerbit
kepada sekelompok penterjemah dapat dikelompokkan kepada tahapan-tahapan
pemberian kerja, pembuatan perjanjian kerja, sistem pembayaran upah, dan hal
lain yang berhubungan dengan proses tersebut. Sedangkan iformasi yang diperoleh
melalui wawancara terhadap para penterjemah dapat dipilah-pilah ke dalam
kelompok pengalaman, keahlian, latar-belakang pendidikan, usia, dan lain-lain.
Kategori-kategori yang telah ada bisa saja berkembang sesuai dengan penambahan
data yang diperoleh, dan pada saat yang sama, sebagian atau seluruh kategori
akan diperkaya dengan properties (sub-subkategori), yaitu data yang berfungsi
sebagai detil pendukung kategori yang ada.
(b) Di tahap
kedua,
pengodean poros (axial coding), peneliti memilih salah satu dari kategori yang
ada dan memposisikannya sebagai inti fenomena yang sedang diteliti. Seluruh kategori
lainnya dihubungkan pada inti fenomena ini berdasarkan korelasi apa adanya,
seperti faktor-faktor penyebab (faktor-faktor yang memengaruhi inti), strategi
(tindakan yang diambil sebagai respon terhadap inti), kondisi yang memengaruhi
dan kontekstual (faktor-faktor situasional umum atau khusus yang memengaruhi
strategi, dan konsekuensi (dampak dari penggunaan strategi). Tahapan ini
melibatkan pembuatan sebuah diagram yang disebut pengkodean paradigma (coding
paradigm), yang menggambarkan kesalinGrounded Teori erkaitan antara penyebab,
strategi, kondisi yang memengaruhi dan kontekstual, dan konsekuensi.
(c) Di tahap
ketiga,
pengodean selektif (selective coding), peneliti menulis sebuah teori dari
kesalinGrounded Teori erkaitan seluruh kategori dalam tahap axial coding. Pada
aras dasar, teori ini merupakan penjelasan abstrak atas proses yang diteliti
Jadi, pengodean selektif merupakan proses penyatuan dan penyempurnaan teori
melalui tahapan penulisan alur cerita yang membuat seluruh kategori saling terkait
dan memilih melaui memo pribadi tentang ide-ide teoritis. Di sepanjang alur
cerita, peneliti bisa saja mengamati bagaimana faktor tertentu memengaruhi
fenomena yang membuat digunakannya strategi tertentu dengan dampak tertentu.
Dilihat dari
jumlah aktivitas pengodean yang dilakukan, terlihat adanya pengurangan dari
tahap pengodean terbuka ke tahap penggolongan kategori-kategori, dan demikian
halnya dari tahap penggolongan kategori-kategori ke tahap pengodean poros.
Aktivitas paling minimal terdapat pada tahap penyusunan teori dari kategori-kategori
yang sudah dijenuhkan.
4. Penyusunan Teori
Teori dalam Grounded
Teori disusun pada saat melaksanakan pengodean selektif (selective coding).
Proses ini mencakup analisis atas kesalinGrounded Teori erkaitan seluruh
kategori yang ditemukan. Perumusan teori juga bisa mencakup penyempurnaan
paradigma yang terdapat pada axial coding dan menyajikannya sebagai sebuah
modelatau teori bagi proses yang diteliti. Teori bisa disajikan sebagai
proposisi-proposisi atau sub-sub proposisi yang dapat digunakan sebagai ide-ide
yang dapat diuji pada penelitian lanjutan. Teori juga bisa dituliskan
dalambentuk narasi yang menggambarkan kesalinGrounded Teori erkaitan seluruh kategori
(Creswell, 2008: 450).
5. Validasi Teori
Validasi teori dalam
Grounded Teori merupakan bagian aktif dari proses penelitian. Sebagai contoh,
sewaktu melakukan perbandingan konstan dalam tahap pengodean terbuka, peneliti
melakukan pemeriksaan silang keabsahan hubungan antara data dan kategori-kategori
yang muncul melalui proses triangulasi. Proses pemeriksaan data seperti itu
juga dilakukan pada tahapan pengodean poros. Setelah teori dirumuskan, peneliti
memvalidasi proses penyusunannya dengan membandingkannya dengan proses–proses
sejenis yang ada di dalamkepustakaan. Bahkan penilai luar, seperti partisipan,
juga bisa diminta untuk memeriksa keabsahan teori maupun validitas dan
kredibilitas data (Creswell, 2008: 450).
6. Penulisan Laporan Penelitian
Sturuktur
laporan penelitian Grounded Teori sangat tergantung pada desain yang digunakan.
Jika desain yang digunakan adalah pendekatan sistematik, laporan penelitian
relatif mirip dengan struktur laporan penelitian kuantitatif, yang mencakup
bagian-bagian perumusan masalah, metode penelitian, analisis dan diskusi, dan
hasil penelitian. Jika desain yang digunakan adalah pendekatan ’emerging’ atau
’konstruktivis’, struktur laporan penelitian bersifat fleksibel (Creswell,
2008: 450).
Dalam merancang
penelitian Grounded Teori diperlukan seperangkat prosedur yang digunakan untuk
menyusun sebuah teori yang menjelaskan sebuah proses mengenai sebuah topik
substantif. Penelitian Grounded Teori cocok digunakan dalam rangka menjelaskan
fenomena, proses atau merumuskan teori yang umum tentang sebuah fenomena yang
tidak bisa dijelaskan dengan teori yang ada. Pada awalnya, penelitian Grounded
Teori diterapkan dan dikembangkan di bidang sosiologi. Namun saat ini Grounded
Teori juga banyak digunakan di berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan,
keperawatan, ilmu politik, dan psikologi. Meskipun penelitian Grounded Teori terdiri
dari tiga bentuk rancangan yang sistematik, ’muncul’ dan ’dibangun’ secara
umum, metode ini memiliki enam karakteristik kunci. Pertama, fokus penelitian
diarahkan pada proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif. Kedua,
penjaringan data (yang dilakukan secara simultan denagn analisis data)
dilakukan dengan menggunakan penyampelan teoritis. Ketiga, analisis data
dilakukan dalam tiga tahap pengodean terbuka, pengodean poros, dan pengodean
selektif sambil melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan
tentang data-data yang diperoleh. Keempat, sewaktu menganalisis data untuk
memunculkan kategori-kategori, sebuah kategori inti diidentifikasi. Keenam,
kategori inti yang diidentifikasi kemudian dikembangkan dan dirumuskan menjadi
teori. Selama melakukan penelitian, peneliti membuat catatan-catatan (memo)
untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-kategori
yang dikodekan.
No comments:
Post a Comment