Tuesday, November 6, 2018

TEORI KONSTRUKSI DAN MODEL BUILDING

Petunjuk Praktis untuk Peneliti Sosial
James Jaccard & Jacob Jacoby
Hanafi Pelu (181061001001)


Setelah membaca buku yang dituliskan oleh James Jaccard & Jacob Jacoby tentang Teori Konstruksi dan Model Building, maka saya sebagai pembelajar memberikan pendapat, peran utama sebuah teori dalam ilmu sosial belm pasti sampai sekarang. Para ilmuan merumuskan teori, mengujinya, menolak, memodifikasi, dan menggunakan teori-teori tersebut sebagai petunjuk untuk memahami dan memprediksikan tentang peristiwa di sekitar mereka. Sehingga buku ini diawali dengan memperkenalkan konsep dasar dan hakekat ilmu serta pemahaman terhadap sesuatu dengan mengembangkan gagasan tentang konsep dan peran utama sebuah konsep dalam teori tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang strategi-startegi utama dalam mengembangkan sebuah teori. Seperti Albert Einstein memulainya dengan pernyataan bahwa ilmu pengetahuan merupakan penjabaran dari hasil cara berfikir sehari-hari sehingga dapat memahami tentang makna apa itu realita.
Pandangan tradisional yang dikenal dengan realism mengatakan bahwa keberadaan realita terlepas dari keberadaan manusia, karena ada factor eksternal diluar manusia untuk membandingkan objek-objek yang ada pada fakta alamiah dan hukumhukum. Sebaliknya, pandangan sosial contructionist berpendapat bahwa realita adalah hasil konstruksi dari fikiran-fikiran manusia yang terikat dengan waktu tertentu dan konteks sosial, dan realitas itu akan berubah sesuai dengan perubahan konteks sosial. Disamping itu, terdapat pandangan hyphotetical realism mengatakan bahwa realitas itu bersifat heuristic device, artinya sesuatu yang dapat membantu manusia utnuk mengorganisasikan fikiran-fikirannya dan berfikir tentang sesuatu itu untuk mencapai tujuan dan objektif tertentu. Dengan kata lai, menurut mereka bahwa realitas itu boleh saja ada atau tidak, akan tetapi dengan menggunakan pendekatan dan mencoba
memahami keberadaan dunia sekitar kita. Pandangan ini secara etimologi disebut juga dengan pragmatism. Untuk mengetahui realita tentunya melalui pengalaman-pengalaman yang begitu kompleks, karena kejadian-kejadian itu begitu unik dan berubah-ubah serta serta kadang pengalaman itu tidak akan terulang dan samar-samar. Sehingga dibutuhkan konseptualisasi yaitu menggunakan proses pemikiran dan meringkas pengalaman itu dalam sebuah konsep dalam memori dan mengembangkannya untuk mendiskripsikan sesuatu yang belum dialami.
Tingkatan dasar dari Understanding (pemahaman) disebut dengan indentifikasi. Sesuatu itu difahami ketika kita dapat mengidentifikasikannya dengan menggunakan konsep yang ada dalam fikiran untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan pengalaman. Dengan konsep, abstraksi dapat digeneralisasikan, melingkupi kemungkinan-kemungkinan umum, bersifat hypothesis, konsep itu dapat dipelajari, berfungsi sebagai sosial sharing, berorientasi pada realitas atau fungsi, dan kunstruksi itu dapat dipilih dan dipilah mana yang terbaik. Konsep dapat membantu kita untuk memperoleh beberapa pemahaman dasar terhadap realita. System konspep sebagai dasar untuk memahami dunia dengan cara mengidentifikasi, mendiskripsi, membandingkan atau membedakan, mengklasifikasi, dan memisahkan ata memilah pengalaman-pengalaman atau fenomena. Cara berfikir ilmiah dari konsep-konsep ini dijadikan sebagai hypotesis dan diuji melalui observasi sehingga mampu mengkonstruksikan sebuah teori.
Ilmuan sosial banyak sekali yang telah mendefinisikan teori, misalnya; Kaplan (1964) mengatakan bahwa teori adalah konstruksi dari symbol. Simon & Newell (1956) menyatakan bahwa teori adalah seperangkat penyataan atau kalimat. Sedangkan Hollander (1967) mengatakan bahwa teori terdiri dari satu atau lebih penyataan atau proposisi yang menganalisa hubungan antara variabel. Meskipun berbeda-beda namun dapat dikatakan bahwa teori haruslah terdiri dari konsep-konsep dan hubungan antara konsep-konsep itu. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa teori adalah seperangkat pernyataan tentang hubungan timbale balik antara dua atau lebih konsep atau konstruk. Domain konsep ini kadang disebut dengan Model. Model terdiri dari teori-teori atau versi penyederhanaan dari teori-teori atau merepresentasikan kesesuaian antara dua atau lebih teori atau teori-teori itu justru merepresentasikan interpretasi dari model. Istilah lain yang kadang digunakan oleh ahli sosial untuk teori ilmiah adalah Hypothesis yaitu pernyataanpertanyaan dari teori-teori yang secara empiric dapat diuji apakah diterima atau ditolak. Teori itu dikatakan baik jika mempunyai kegunaan (utility) dan manfaat sebagai petunjuk terhadap apa yang dialami di dunia ini. Semua itu akan diperoleh melalui kreatifitas dalam membuat proses itu lebih bermakna dan menghasilkan ide-ide yang baik dari orang-orang yang kreatif dalam menggunakan ide-ide kreatifnya dengan proses-proses yang juga kreatif.
            Robert Wyer seorang psycohologis yang mengkaji fenomena pemerosesan informasi. Teori pemrosesan informasinya menekankan pada tujuh tahap, yaitu; perhatian pada informasi ketika ditemukan, menginterpretasi atau mengorganisasikan informasi, membangun implikasi dari informasi, menyimpan informasi dalam memori, mengingat kembali informasi, mengintegrasikan informasi yang diingat kembali, dan menerjemahkan suatu keputusan terhadap respon. Fenomena-fenomena ini sangat membantu untuk memikirkan suatu konsep baru, atau mengkonstruksikan, atau membuat hubungan-hubungan diantara konsep.
            Ketika ingin merumuskan sebuah teori, para ahli biasanya akan berhubungan dengan konsep yang abstrak. Dalam proses pengteorisasian, mereka juga biasanya mencoba membuat keseimbangan antara yang spesifik (wilayah yang lebih sempit) dan abstrak (konsepnya buram). Proses yang digunakan untuk mendefinisiulangkan konsep yang buram dinamakan instantiation yaitu proses yang disengaja untuk menghubungkan konsep yang specific dan abstrak guna membantu dalam mengklarifikasikan makna, dengan kata lain, menjadikan konsep yang masih abstrak semakin konkrit.
            Para ahli sosial kadang menemukan atau menciptakan variabel sebagai tujuan membangun teori baru. Mereka juga menggunakan bermacam strategi untuk menciptakan variabel. Salah satu strateginya adalah menerjemahkan variabel tingkatan individu, misalnya etnis, lingkungan, kontekstual yang merepresentasikan persepsi. Ketika mengkonstruksi suatu teori, haruslah menjelaskan secara jelas (harapan) adanya hubungan diantara setiap konstruksi dengan menggunakan strategi yang tepat untuk mengklarifikasi hubungan teoritis dalam bentuk quntitatif. Termasuk juga penggunaan hypothesis yang memungkinkan perumusannya dalam table. Seorang peneliti harus meneliti dengan seksama atas setiap hubungan yang ada pada teori dengan cara eksperimentasi dan mencoba untuk menjelaskan secara logis serta alasan yang tepat
terhadap tujuan hubungan tersebut.
            Pengkonstruksian teori dapat dilakukan dengan cara causalitas yaitu melihat hubungan sebab akibat dari setiap variabel. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu; mengidentifikasi hasil dari variabel yang diinginkan, menggunakan bentuk heuristic untuk mengidentifikasi dua atau tiga penyebab dari hasil tersebut, mengembalikan penyebab langsung pada pengaruh sedang menggunakan cara heuristic atau penyebab dari penyabab heuristic. Setiap bentuk teori yang telah dikembangkan haruslah disesuaikan dengan analisa statistic yang disebut dengan Structural Equation Modeling (SEM). SEM ini cenderung digunakan pada desain penelitian corelasi atau observasi alami dibanding eksperimentasi, dan SEM ini juga digunakan dalam penelitian ekperiment. Strategi mengkonstruksi teori dalam penelitian untuk menguji teori atau bagaiman memilih data untuk dianalisa.
            Model matematika merupakan suatu kerangka yang baik dalam mengkonstruksi teori. Model ini menekankan pada pemikiran terhadap definisi fungsi atau bagaimana untuk menggambarkan hubungan diantara variabel dengan istilah matematika. Fungsi adalah untuk lebih mengkhususkan bagaimana input variabel dioperasionalkan secara matematis terhadap hasil yang diciptakan. Salah satu fungsi matematis yang sering digunakan dalam ilmu sosial adalah fungsi linier yang memiliki dua penyesuaian secara constant yaitu slope dan intercept. Intercept adalah hasil nilai dari fungsi dimana input X sama dengan Nol, dan Slope adalah perubahan pada hasil yang diberikan oleh 1 unit yang menambah nilai pada X. model matematika sangat bervariasi pada bentuk metrics dimana tertumpu pada variabel input. Variabel metrics ini dapat mempengaruhi jenis Fungsi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dan bagaimana pengukuran variabel itu diinterpretasikan. Fungsi dapat saja dimanipulasikan melalui prubahan bentuk dan dapat dikombinasikan dengan bentuk fungsi yang baru.
            Untuk merepresentasikan system fungsi atau proses yang merupakan perangkat dari fungsi terhadap yang lain maka dibutuhkan simulasi. System yang original yang mana mampu menstimulasi sesuatu atau seseorang disebut dengan system criteria, dan representasi nonoriginal system disebut dengan simulation. Simulasi dapat menjadi instrument yang efektif dalam membangun sebuah teori, khususnya pemusatan masalah pada system criteria yang sangat kompleks dan dinamis. Simulasi penelitian membantu dua fungsi dasar, yaitu; membangun dan mengklarifikasi teori-teori, dan menguji teori. Salah satu cara nyata dimana simulasi memberikan kontribusi terhadap proses pengkonstruksian teori adalah dengan cara memaksa para ahli teori untuk terikat pada focks analisis terhadap system kategorisasi yang telah diarahkan. Simulasi juga memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori yaitu dengan pelaksanaan ekperimentasi secara nyata. Penggunaan simulasi dalam pengembangan teori ini tentunya tidak lepas dari banyak kritikan.

            Suatu pendekatan penting konstruksi teori adalah grounded (dasar) atau pengembangan teori. Meski metode analisis scientific yang dominan pada bidang ilmu sosial yang didasarkan pada kerangka konfirmatory (yaitu, penggunaan data untuk menguji teori). Pengembangan teori menekankan pada proses pembiaran teori itu muncul dari data, teori dasar (grounded teori) adalah penggabungan hasil kerja Glaser dan Strauss (1967) denga pendekatan baru yang menekankan pada hubungannya dengan teori symbol interactionis. Konstruksi Grounded teori biasanya dimulai dengan pembuatan kerangka terhadap masalah penelitian. Data yang dikumpulkan kemudian dikomentari, biasanya menggunakan bentuk data kualitatif. Metode yang digunakan mencakup dokumentasi penelitian, observasi langsung, wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, focks pada grup, dan bentuk etnografi. Setelah menganalisa data yang ada, pada ilmuan menciptakan teori formal. Strategi yang umum digunakan oleh para ahli grounded teori adalah mempresentasikan teori dalam bentuk proposisi, kesimpulan kemudian mengelaborasi beberapa argument untuk mendukung proposisi yang ada dan kesimpulan. 

No comments:

Post a Comment

PHILOSOPHY OF QUANTITATIVE RESEARCH

PHILOSOPHY OF QUANTITATIVE RESEARCH By, Hanafi Pelu (181061001001)